Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekda Herman Ungkap Kebiasaan Unik Dedi Mulyadi, Apa Itu?

Kompas.com, 24 Mei 2025, 20:22 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat, Herman Suryatman, mengungkapkan kebiasaan unik Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, yang enggan menghadiri acara penghargaan yang diterima oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.

Sebaliknya, Dedi Mulyadi selalu menjadi yang terdepan saat terjadi bencana dan musibah, dengan memastikan kondisi warganya.

Herman menyebutkan bahwa dalam acara penghargaan terbaru, Dedi Mulyadi menugaskan dirinya untuk menerima penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) karena Pemprov Jabar meraih juara 1 dalam kategori provinsi dengan berkinerja terbaik dalam penerapan Standar Penerapan Minimal (SPM).

"Kalau dapat penghargaan suka menugaskan kepada jajaran birokrasi. Kalau ada bencana atau musibah, suka paling depan," ujar Herman saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/5/2025).

Baca juga: Cerita Mahasiswa UII, Pemohon Judicial Review UU TNI yang Diduga Alami Intimidasi

Baca juga: Mengenal Herkules, Sapi dari Kulon Progo yang Kini Jadi Milik Presiden

Kebiasaan Dedi Mulyadi

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat bertemu dengan para guru dan siswa SLB Pajajaran di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/5/2025).Tangkap layar Video Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat bertemu dengan para guru dan siswa SLB Pajajaran di Gedung Pakuan, Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/5/2025).

Herman mengaku heran dengan kebiasaan Gubernur Dedi Mulyadi yang mendorong bawahannya untuk mewakili dalam menerima penghargaan.

Dalam pengalaman tiga dekade sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), mulai dari lurah hingga Sekda Jabar, ia menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya memiliki pimpinan yang berbeda dari biasanya.

Ia menilai karakteristik Dedi Mulyadi adalah sosok yang tidak bisa hanya duduk diam di belakang meja, dan selalu melakukan gebrakan.

"Mahiwal (tidak biasa) tapi untuk kebaikan. Baru kali ini punya pimpinan yang beda dari yang lain. Aneh, mahiwal Pak Gubernur Kang Dedi Mulyadi," tuturnya.

Baca juga: Wali Murid Geruduk Disdikbud Kota Magelang, Protes Seleksi SMP Jalur Prestasi

Herman juga menambahkan bahwa ponselnya terus berdering setiap hari dengan panggilan dari Gubernur Jabar untuk memberikan arahan dan tugas.

"Kami bisa pastikan Kang Dedi Mulyadi, gubernur paling rewel dan bawel se-Indonesia bahkan satu dunia. Setiap hari menelepon Sekda tidak kurang dari sepuluh kali. Jam 5 pagi, pagi-pagi, siang hari, sore hari sampai malam hari untuk memberikan arahan untuk banyak hal," katanya.

Meski sering "dibaweli" oleh Gubernur Jabar, Herman mengakui bahwa kerja keras pimpinannya tersebut demi Jabar yang lebih baik.

"Lah pokoknamah sabubukna Pak Gubernur, lembur diurus, kota ditata, Jawa Barat Istimewa," pungkasnya.

Baca juga: Diduga Korupsi Bandung Zoo, Mantan Sekda Kota Bandung Ditahan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau