CIREBON, KOMPAS.com - Proses pencarian korban musibah longsor tambang batu Gunung Kuda di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hari kelima masih terus dilakukan, Selasa (3/6/2025) siang.
Para operator alat berat berjuang untuk menemukan empat orang yang masih tertimbun.
Operator-operator ini menjadi ujung tombak pencarian korban karena pencarian hanya bisa dilakukan menggunakan alat berat.
Pantauan Kompas.com di lokasi, sejumlah operator alat berat ini sempat ditarik mundur sementara oleh petugas.
Mereka diberhentikan sejenak karena sempat terjadi gerimis yang membuat potensi longsor susulan muncul.
Baca juga: Bantu Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon, Dedi Mulyadi: Kami Jamin Pendidikan Anaknya...
Beruntung, gerimis berlangsung hanya sesaat, dan setelah mereda, petugas kembali bergerak untuk mencari keberadaan empat korban yang masih hilang.
Pencarian korban longsor tambang batu Gunung Kuda di Cirebon sangat bergantung pada alat berat.
Material yang longsor bukanlah tanah, melainkan bebatuan yang sangat besar dan berat.
Pencarian korban tidak dapat dilakukan secara manual.
Di sela waktu istirahat, Kompas.com sempat menemui salah satu operator.
Rahmat (28), warga Kecamatan Dukupuntang, ini mengaku sangat bersedih.
Dia bukanlah orang luar yang dipekerjakan menjadi operator, melainkan orang yang sehari-hari menjadi operator di Gunung Kuda.
Musibah ini membuat dia merasa sangat kehilangan nyawa teman-teman yang sama-sama mencari nafkah di lokasi tersebut.
Karena tak hanya sekadar mendengar, dia bahkan menjadi salah satu saksi mata yang melihat jelas kejadian tersebut.
Baca juga: Duka Istri Operator Beko di Longsor Gunung Kuda Cirebon, Ingat Putri Usia 4 Tahun...
Bagaimana Rahmat selamat?
Rahmat seakan dibantu oleh momen kerusakan alat berat yang dikemudikannya.
Dia sedikit menjauh dari titik utama yang tertimpa material longsor.
Tiba-tiba, pada saat yang sama, tebing ambruk dan menimpa banyak orang di lokasi.
Warga tidak ada yang dapat menghindari reruntuhan karena longsor terjadi sangat cepat.
"Kebetulan saya juga saksi yang melihat, ini alat saya, yang oranye, yang selamat, sebelumnya alat saya trouble, jadi turun beberapa meter dari TKP, setelah itu beberapa detik, langsung, kejadian," kata Rahmat saat ditemui Kompas.com di sela istirahat.
Rahmat mengaku sangat syok.
Dia tidak dapat membayangkan betapa longsor yang terjadi sangat dahsyat.
Dia melihat teman-teman sesama operator, kernet, sopir, dan kuli truk juga tertimbun.
Rahmat yang sudah dua tahun bekerja sebagai operator di lokasi tambang ini, menyebutkan peristiwa ini sangat dahsyat yang pernah dia lihat dan dia alami.
Bahkan, kejadian sebelumnya tidak pernah separah ini.
Baca juga: Kisah Sakira Korban Tewas Longsor Gunung Kuda: Batu Biru, Jajan Anak sama Beli Bensin
"Kalau longsoran sebelumnya ada tanda-tanda, yang sekarang terjadi, seketika, sekejap langsung tertimbun semuanya, wah, ngeri," ungkap Rahmat.
Dorongan rasa persahabatan dengan teman membuatnya kuat untuk ikut dalam operasi pencarian korban sejak hari Sabtu hingga hari ini.
Selain itu, dia merasa sebagai sesama pekerja yang mengenal medan lokasi sehingga tergerak untuk ikut membantu proses evakuasi agar lebih cepat ditemukan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang