Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jam Masuk Sekolah Jadi 06.30, Orangtua di Sumedang Terbelah: Antara Repot dan Harapan Disiplin

Kompas.com, 4 Juni 2025, 17:12 WIB
Aam Aminullah,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

SUMEDANG, KOMPAS.com – Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang berencana melakukan uji coba perubahan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30, sesuai Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor: 58/PK.03/DISDIK tentang Jam Efektif pada Satuan Pendidikan.

Dalam surat edaran tersebut, proses belajar mengajar direncanakan berlangsung dari Senin sampai Kamis mulai pukul 06.30 dengan durasi 195 menit. Sementara pada Jumat, pembelajaran berlangsung selama 120 menit.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Eka Ganjar Kurniawan, menyampaikan bahwa uji coba dan kajian akan dilakukan terlebih dahulu sebelum penerapan secara resmi.

"Ini kan sudah masuk di akhir tahun ajaran, jadi nanti setelah uji coba dan melakukan kajian bersama seluruh satuan pendidikan di Sumedang baru kami putuskan sesuai hasil kajian, apakah bisa diterapkan atau ada penyesuaian," ujar Eka kepada Kompas.com di Sumedang, Rabu (4/6/2025).

Baca juga: Pro Kontra Masuk Sekolah Jam 06.30 di Cianjur, Warga: Anak Saya Bangun Jam 6

Selain perubahan jam masuk, kajian juga mencakup penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) lima hari dalam sepekan.

"Seperti di SMP 2 itu sudah cukup lama berjalan tiap minggunya hanya 5 hari sekolah, dan beberapa sekolah lainnya mulai menerapkan. Tapi ini nanti akan kami kaji juga," tutur Eka.

Eka menambahkan, kajian diperlukan karena beberapa wilayah di Sumedang memiliki tantangan geografis, termasuk jarak tempuh siswa dari rumah ke sekolah.

"Nanti setelah uji coba dua minggu dan kajian selesai dilaksanakan, bila memungkinkan akan kami berlakukan mulai tahun ajaran baru 2025/2026. Tapi pada prinsipnya, kami mengapresiasi adanya surat edaran dari gubernur ini," sebut Eka.

Baca juga: Orangtua Keberatan Dedi Mulyadi Wajibkan Siswa Masuk 06.30, Repot Bangun Subuh

Rencana perubahan jam masuk ini mendapat tanggapan beragam dari orangtua siswa di Sumedang. Mustofa (45), warga Kecamatan Pamulihan, menyatakan keberatan dengan wacana tersebut.

"Kurang setuju, karena biasanya itu saya antar anak ke sekolah sekalian berangkat kerja. Kalau jam masuknya 06.30, berarti saya harus berangkat pukul 06.00, kebayang repotnya, belum sarapan," ujarnya.

Sebaliknya, Rita (42), warga Lingkungan Kaum, Kelurahan Regol Wetan, Sumedang Selatan, menyambut baik rencana tersebut.

"Sangat setuju ya, itu kalau masuk sekolahnya jam segitu bisa mendisiplinkan anak supaya bangun jam lima pagi, jadi setelah shalat subuh gak tidur lagi," ujar ibu dua anak ini.

Ia menambahkan, kebijakan ini akan berdampak pula bagi orangtua.

"Aturan ini kan nantinya, kesannya jadi terasa memaksa, tapi bagus buat mendisiplinkan waktu. Kalau sudah dipaksa, nanti kan jadi terbiasa jadi kebiasaan yang baik."

"Karena, saya pribadi sebagai orangtua itu biasanya setelah shalat subuh itu tidur lagi. Kalau jam 06.00 sudah harus berangkat ke sekolah, kan jadi ikut mikir, enggak bisa maksa tidur lagi sampai jam 06.00 baru bangun," kata Rita.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau