BANDUNG, KOMPAS.com - Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) telah menjalin kemitraan strategis dengan Jerman untuk membuka jalur tenaga kerja terampil bagi masyarakat Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia, di tengah krisis demografi yang tengah melanda Eropa.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding, menjelaskan bahwa kerja sama ini sangat penting.
"Eropa sedang mengalami aging population, sementara kita memiliki bonus demografi dengan angkatan kerja yang bertambah 4 juta setiap tahun. Jika tidak disalurkan dengan baik, ini bisa menjadi masalah politik. Kita harus aktif membangun diplomasi dengan negara-negara tertentu untuk mengetahui pekerjaan dan sektor yang dibutuhkan, serta syarat-syaratnya," ungkap Karding dalam acara Kolaborasi Strategis Indonesia-Jerman di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/6/2025).
Baca juga: Ritus Negeri Celeng, Kritik Sosial dalam Balutan Tari Kontemporer Indonesia-Jerman di Surabaya
Karding menekankan bahwa tenaga kerja yang akan dikirim ke Eropa harus memenuhi standar bahasa dan keterampilan yang tinggi.
Oleh karena itu, KP2MI menilai pentingnya penyiapan lembaga vokasi yang terhubung dengan kebutuhan negara tujuan.
"Kita mulai dengan Jerman yang sudah memiliki sistem yang baik," tambahnya.
Menurut Karding, Jerman memiliki ekosistem pelatihan yang baik, termasuk modul pelatihan bahasa dan soft skill yang dapat diadopsi oleh Indonesia.
Ia juga mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo memberikan mandat untuk memastikan perlindungan pekerja migran dari eksploitasi, kekerasan, hingga human trafficking, serta mengirim tenaga kerja berkualitas ke luar negeri.
Untuk memenuhi mandat tersebut, KP2MI sedang memperluas pemetaan pasar kerja, mengklasifikasi sektor kebutuhan, serta menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan standar negara mitra.
Karding juga menyebutkan bahwa saat ini terdapat permintaan tenaga kerja global sebanyak 1,7 juta posisi, namun Indonesia baru mampu mengisi sekitar 297.000 posisi.
"Bayangkan jika kita bisa mengirim 500 ribu pekerja, itu akan berdampak sekitar Rp 439 triliun per tahun devisa yang masuk ke Indonesia. Dengan 297 ribu saja, kita sudah mendapatkan Rp 253,3 triliun per tahun," ujarnya.
Karding menambahkan bahwa migrasi tenaga kerja bukan hanya soal pendapatan, tetapi juga pengembangan diri, jejaring internasional, serta peningkatan etos dan profesionalisme.
"Coba bayangkan jika seseorang pernah bekerja di Jerman dan kemudian kembali ke Indonesia, pasti ia akan menjadi penyebar 'virus-virus kebaikan' dalam disiplin profesionalisme dan sikap kerja," tuturnya.
Dalam menyambut peluang ini, KP2MI berkolaborasi dengan Goethe-Institut, GIZ, dan Kedutaan Besar Jerman.