SUMEDANG, KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menanggapi kritikan yang menyebut bahwa penulisan sejarah Indonesia tidak boleh dibuat singkat.
Namun, politisi Partai Gerindra itu menyebutkan bahwa penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedang digarap saat ini tidak akan menuliskannya dari periode awal.
"Kami kan tidak menulis sejarah dari nol. Kami ini melanjutkan apa yang tidak ditulis. Jadi, menurut saya dengan keahlian itu sudah cukup waktu, jadi jangan alasan yang aneh-aneh," katanya di Balairung Rudini Kampus IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Selasa (24/6/2025).
Fadli mengatakan bahwa penulisan ulang sejarah ini melibatkan para sejarawan profesional dari 34 kampus yang terdiri atas 113 dokter dan profesor atau guru besar.
Baca juga: Ungkap Progres Penulisan Ulang Sejarah, Fadli Zon: Sudah 70 Persen
Para profesional ini dilibatkan atas dasar reputasi dan keahlian mereka yang telah banyak menulis buku dan karya ilmiah lainnya.
"Jadi, yang menulis sejarah ini sejarawan, bukan aktivis, bukan LSM. Yang menulis ini para profesional yang memang mereka belajar sejarah dengan metodologi, ada historiografinya dan bagaimana mereka menganalisis," katanya.
Fadli menambahkan progres penulisan ulang sejarah Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 70 persen.
Setelah penulisan sejarah rampung, pemerintah bakal menggelar diskusi publik sebagai bentuk transparansi sekaligus membuka ruang partisipasi masyarakat.
Baca juga: Fadli Zon: Harry Truman Bukan Tim Ahli Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Hanya Diajak Diskusi
"Nah, kita kalau tidak salah, saya dapat laporan sekarang ini sudah sekitar 70 persen gitu ya, dan nanti kalau sudah waktunya, kami tentu akan menyelenggarakan diskusi publik," ucapnya.
Adapun penulisan sejarah ini, ucap Fadli, bukan berdasarkan pembabakan yang telah ada sebelumnya, tetapi disusun sejak jauh sebelum dikenalnya tulisan pada abad keempat.
"Tentu saja sejarah ini bukan sejarah yang secara spesifik bicara tentang misalnya periode-periode tertentu, tetapi secara keseluruhan dari mulai era sejarah awal," tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang