Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolecer Setrum di Pelosok Bandung Barat, Nyala Lampu dari Putaran Angin...

Kompas.com, 25 Juni 2025, 15:39 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com — "Ketika teknologi berpihak pada rakyat, di situlah ilmu pengetahuan menemukan bentuk nyatanya," kalimat yang mungkin tak akan terdengar dari seminar nasional bertiket jutaan rupiah.

Tak banyak yang tahu bahwa di ujung Desa Cintaasih, Kabupaten Bandung Barat, sekelompok mahasiswa diam-diam sedang merakit harapan dari panel surya dan turbin angin bekas.

Di desa yang lebih sering akrab dengan padam listrik daripada sinyal internet itu, mereka menghadirkan cahaya bukan dari janji politik, melainkan dari disiplin ilmu dan empati sosial.

Proyek ini bernama Kolecer Setrum, sebuah pengabdian masyarakat yang digagas Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM ITB) dan Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik (HMFT ITB), dengan semangat membawa energi bersih bagi fasilitas umum desa.

Baca juga: Bandung Barat Surplus Rp 78 Miliar, Rakyat Miskin Masih Sulit Dapat Obat

Dipimpin Muhamad Novian Akbar dan Luthfi Adi Nugraha, program ini berjalan sejak November 2024 hingga Juni 2025 dan menyasar langsung ke jantung pendidikan desa: MA Anwarurrohman, satu-satunya sekolah menengah di sana.

Sekolah yang selama ini terbiasa belajar dalam keterbatasan kini perlahan-lahan menikmati listrik yang stabil berkat instalasi sistem tenaga surya 600W dan perbaikan turbin angin lama yang nyaris terbengkalai.

"Bukan hanya soal listrik menyala, kami ingin anak-anak desa ini tumbuh dengan rasa ingin tahu pada sains, bukan rasa takut karena mereka merasa tertinggal," kata Novian.

Jauh sebelum memulai pengabdiannya, sejumlah mahasiswa ini melakukan observasi untuk mengumpulkan persoalan mendasar yang belum terselesaikan oleh negara.

Dari hasil survei, persoalan listrik seperti sulitnya akses ke sumber listrik dan susahnya penerangan menjadi persoalan menahun yang dialami warga.

Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM ITB) membuat Kolecer Setrum di sebuah sekolah di Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.Dok. Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM ITB) Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (HMM ITB) membuat Kolecer Setrum di sebuah sekolah di Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

"Kami melihat ada kekurangan listrik di sana. Ternyata listrik di kampung itu belum merata. Setelah kami berdiskusi, kami pilih support dulu fasilitas pendidikan agar tidak terlalu bergantung pada listrik negara," kata Novian.

Baca juga: DPRD Bandung Barat Anggarkan Tablet Rp 1 Miliar, Dedi Mulyadi: Kami Cek Urgen atau Tidak

Daya listrik di sekolah MA Anwarurrohman rupanya tak cukup untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

Sesekali, siswa kegelapan jika penggunaan listrik berlebihan.

"Memang kondisi di sekolah ini daya listriknya rendah. Alasan itu yang juga mendorong kami untuk melakukan sesuatu," papar Novian.

Nyalakan Lampu dari Putaran Kolecer

Apa yang mereka lakukan bukan hanya praktik lapangan, melainkan bentuk nyata bagaimana ilmu pengetahuan seharusnya menjawab kebutuhan rakyat, bukan sekadar menyelesaikan soal ujian.

Novian menyadari, kontur perbukitan di kampung itu memiliki potensi sumber daya yang bisa dimanfaatkan, yakni angin.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau