BANDUNG, KOMPAS.com – Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 11 Bandung resmi memulai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) bagi peserta didik baru. Sebanyak 100 siswa—terdiri dari 52 laki-laki dan 48 perempuan—mengikuti MPLS sebagai pintu masuk pendidikan menengah berbasis asrama.
Sistem pembelajaran di Sekolah Rakyat dirancang berbeda dari sekolah pada umumnya, dengan mengusung pendekatan boarding school dan pemetaan minat bakat berbasis tes DNA.
Kepala Sekolah SRMA 11 Bandung Tintin Sri Suprihati menjelaskan, secara prinsip sekolah tetap mengacu pada kurikulum nasional. Namun, pendekatannya terintegrasi dengan kegiatan asrama dan ekstrakurikuler.
"Istilahnya whole learning, pembelajaran secara keseluruhan. Jadi bukan hanya pembelajaran di kelas saja, tapi nanti juga akan life skill-nya dipupuk, digali lagi, kemudian karakter siswa dibentuk," ujar Tintin saat ditemui di SRMA 11 Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (14/7/2025).
Baca juga: Sekolah Rakyat: Seragam Dapat, Pakaian Dalam pun Ditanggung Negara!
Senada dengan itu, Direktur Poltekesos Suharma menjelaskan bahwa SRMA 11 Bandung menerapkan tiga kurikulum utama. Pertama adalah kurikulum orientasi selama dua bulan untuk membangun kedekatan antarsiswa dalam sistem asrama.
"Jadi agak berbeda dengan sekolah umum. Kita akan mempersiapkan siswa itu selama dua bulan untuk saling mengenal, karena ini berkaitan dengan kurikulum boarding school," kata Suharma.
Kurikulum kedua adalah kurikulum formal yang bersumber dari Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), seperti yang berlaku di sekolah umum. Pembelajaran akan dilakukan secara daring dan luring dengan dukungan Learning Management System (LMS).
"Nah itu kita sudah siapkan dan pembelajaran kurikulum formal ini berbasis pada LMS, Learning Management System," ujarnya.
Setiap siswa akan dibekali laptop inventaris sekolah untuk mengakses aplikasi pembelajaran bernama "Sekolahku", yang memungkinkan siswa belajar mandiri di luar jam pelajaran.
Baca juga: Sekolah Rakyat Dibuka di Jambi: Pendidikan Gratis, Harapan Baru Anak Miskin
Adapun kurikulum ketiga adalah kurikulum boarding yang berfokus pada penanaman karakter dan pengembangan potensi siswa melalui talent mapping.
"Kita akan perkuat talentanya, siswa itu ada di mana, yang hasilnya dari tes DNA atau DNA talent. Ini nanti akan dilakukan oleh Ariginanjar University sebagai mapping awal untuk membantu guru-guru mengembangkan minat bakat," kata Suharma.
Melalui kurikulum boarding, siswa akan dibina secara menyeluruh mulai dari aspek spiritual hingga kedisiplinan. Aktivitas harian siswa dipantau oleh wali asuh, mulai dari bangun pagi, salat berjamaah, makan bersama, hingga belajar malam.
"Nanti secara bertahap, mulai dari bangun pagi sampai tidur kembali itu akan dicatat oleh masing-masing wali asuh. Bahkan nanti akan diabsen saat salat berjamaah, lalu makan bersama, belajar malam, dan seterusnya. Itu sudah kami buatkan jadwalnya dalam kurikulum boarding," paparnya.
Dengan kombinasi ketiga kurikulum tersebut, pihak sekolah berharap siswa tumbuh sebagai individu yang tangguh dan berkarakter kuat.
"Kedisiplinan yang luar biasa itu bisa melekat dan tertanam di diri siswa, sehingga menjadi bekal ketika dia akan mencapai kesuksesan di masa yang akan datang," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang