Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Putus Sekolah di Garut Mencapai 25.000, Apa Penyebabnya?

Kompas.com, 6 Agustus 2025, 21:37 WIB
Ari Maulana Karang,
Reni Susanti

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Data terbaru dari Dinas Pendidikan Garut menunjukkan, jumlah anak putus sekolah di daerah tersebut lebih dari 25.000 orang.

Informasi ini disampaikan Disdik Garut kepada anggota DPRD Garut dalam rapat kerja yang berlangsung minggu lalu. 

“Dari data yang kita terima, totalnya 25.000 lebih anak putus sekolah di Garut, 12.000 lebih putus sekolah karena tidak melanjutkan, dan 13.000 lebih karena Drop Out (DO),” ujar anggota Komisi IV DPRD Garut, Putri Tantia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/8/2025). 

Baca juga: 11.000 Anak Putus Sekolah di Garut, Bupati Turunkan TNI-Polri Cek Lapangan

Anggota DPRD dari Partai Demokrat ini merinci, untuk siswa yang tidak melanjutkan sekolah di jenjang SMP, jumlahnya mencapai 7.755 siswa.

Sementara itu, untuk siswa yang tidak melanjutkan di jenjang SD, jumlahnya mencapai 4.458 siswa. Dengan demikian, total siswa putus sekolah karena tidak melanjutkan mencapai lebih dari 12.000.

Di sisi lain, untuk siswa yang putus sekolah karena DO, di jenjang SD terdapat 2.396 siswa, di jenjang SMP ada 4.820 siswa, dan di jenjang SMA sebanyak 5.988 siswa, sehingga totalnya mencapai lebih dari 13.000.

Putri menyoroti tingginya angka anak putus sekolah akibat DO, terutama di jenjang SMP dan SMA/SMK.

Ia mencatat, angka DO tertinggi di jenjang SMP terjadi di kelas 9 saat siswa akan lulus, dengan jumlah mencapai lebih dari 2.000 siswa.

Sementara itu, di jenjang SMA/SMK, siswa DO paling banyak terjadi di kelas 10, dengan jumlah lebih dari 2.800 siswa.

“Data ini harus segera diverifikasi oleh pemerintah daerah. Jika fakta di lapangan sesuai dengan data ini, harus ada tindakan cepat, terarah, dan terukur agar mereka bisa kembali sekolah,” tegas Putri.

Baca juga: Tebus Ijazah Siswa Tertahan, Rico Waas: Kami Cari Anak Putus Sekolah

Terbatasnya Rombel SMP

Putri mengungkapkan, banyak orangtua siswa jenjang SD yang menghadapi kesulitan dalam melanjutkan pendidikan anak mereka ke SMP pada penerimaan siswa baru kemarin, akibat terbatasnya jumlah Rombongan Belajar (Rombel) di SMP negeri.

"Perlu dipertimbangkan juga penambahan rombel di jenjang SMP," tambahnya.

Ia mendorong pemerintah daerah untuk tidak hanya melakukan verifikasi data, tetapi juga mencari penyebab pasti tingginya angka putus sekolah, terutama untuk kasus DO.

“Ini harus diketahui penyebabnya, jika faktor ekonomi, banyak program bantuan dari pemerintah pusat dan daerah,” katanya.

Putri menekankan pentingnya verifikasi data untuk mengetahui jumlah anak yang putus sekolah di Garut serta penyebabnya.

Data ini sangat berhubungan dengan penyusunan program kerja pemerintah di bidang pendidikan.

Tanpa data yang akurat, program-program pemerintah berpotensi menjadi tidak tepat sasaran.

“Kepastian data ini adalah bagian dari upaya kita memastikan program-program bantuan dari pemerintah, khususnya di bidang pendidikan, tidak salah dan tepat sasaran,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau