GARUT, KOMPAS.com – Data terbaru dari Dinas Pendidikan Garut menunjukkan, jumlah anak putus sekolah di daerah tersebut lebih dari 25.000 orang.
Informasi ini disampaikan Disdik Garut kepada anggota DPRD Garut dalam rapat kerja yang berlangsung minggu lalu.
“Dari data yang kita terima, totalnya 25.000 lebih anak putus sekolah di Garut, 12.000 lebih putus sekolah karena tidak melanjutkan, dan 13.000 lebih karena Drop Out (DO),” ujar anggota Komisi IV DPRD Garut, Putri Tantia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/8/2025).
Baca juga: 11.000 Anak Putus Sekolah di Garut, Bupati Turunkan TNI-Polri Cek Lapangan
Anggota DPRD dari Partai Demokrat ini merinci, untuk siswa yang tidak melanjutkan sekolah di jenjang SMP, jumlahnya mencapai 7.755 siswa.
Sementara itu, untuk siswa yang tidak melanjutkan di jenjang SD, jumlahnya mencapai 4.458 siswa. Dengan demikian, total siswa putus sekolah karena tidak melanjutkan mencapai lebih dari 12.000.
Di sisi lain, untuk siswa yang putus sekolah karena DO, di jenjang SD terdapat 2.396 siswa, di jenjang SMP ada 4.820 siswa, dan di jenjang SMA sebanyak 5.988 siswa, sehingga totalnya mencapai lebih dari 13.000.
Putri menyoroti tingginya angka anak putus sekolah akibat DO, terutama di jenjang SMP dan SMA/SMK.
Ia mencatat, angka DO tertinggi di jenjang SMP terjadi di kelas 9 saat siswa akan lulus, dengan jumlah mencapai lebih dari 2.000 siswa.
Sementara itu, di jenjang SMA/SMK, siswa DO paling banyak terjadi di kelas 10, dengan jumlah lebih dari 2.800 siswa.
“Data ini harus segera diverifikasi oleh pemerintah daerah. Jika fakta di lapangan sesuai dengan data ini, harus ada tindakan cepat, terarah, dan terukur agar mereka bisa kembali sekolah,” tegas Putri.
Baca juga: Tebus Ijazah Siswa Tertahan, Rico Waas: Kami Cari Anak Putus Sekolah
Putri mengungkapkan, banyak orangtua siswa jenjang SD yang menghadapi kesulitan dalam melanjutkan pendidikan anak mereka ke SMP pada penerimaan siswa baru kemarin, akibat terbatasnya jumlah Rombongan Belajar (Rombel) di SMP negeri.
"Perlu dipertimbangkan juga penambahan rombel di jenjang SMP," tambahnya.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk tidak hanya melakukan verifikasi data, tetapi juga mencari penyebab pasti tingginya angka putus sekolah, terutama untuk kasus DO.
“Ini harus diketahui penyebabnya, jika faktor ekonomi, banyak program bantuan dari pemerintah pusat dan daerah,” katanya.
Putri menekankan pentingnya verifikasi data untuk mengetahui jumlah anak yang putus sekolah di Garut serta penyebabnya.
Data ini sangat berhubungan dengan penyusunan program kerja pemerintah di bidang pendidikan.
Tanpa data yang akurat, program-program pemerintah berpotensi menjadi tidak tepat sasaran.
“Kepastian data ini adalah bagian dari upaya kita memastikan program-program bantuan dari pemerintah, khususnya di bidang pendidikan, tidak salah dan tepat sasaran,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang