INDRAMAYU, KOMPAS.com - Viralnya video siswi kelas 12 SMK swasta di Kabupaten Indramayu yang murung tidak mau ikut ujian karena punya tunggakan Rp 4,9 juta ke sekolah berakhir bahagia.
Kepala SMK Muhammadiyah Kandanghaur, Afandi, membuat keputusan untuk menghapuskan tunggakan terhadap siswanya ANS (16).
"Hasil investigasi kami terhadap perekonomian kedua orangtuanya dan dilihat sejak SMP punya banyak tunggakan, akhirnya solusi yang diambil agar ANS ini tidak putus sekolah, maka diputuskan semua pembiayaan dan tunggakannya kami hapuskan," ujar dia saat ditemui di ruangannya, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Viral Siswi SMK di Indramayu Murung Tak Ikut Ujian karena Tunggak Rp 4,9 Juta, Ini Faktanya
Afandi mengatakan, ANS tidak perlu khawatir lagi soal tunggakan tersebut.
Ia pun bisa kembali ke sekolah untuk mengikuti sumatif tengah semester (STS) atau ujian tengah semester.
"Alhamdulillah, siswi tersebut hari Kamis ini juga sudah kembali ke sekolah untuk ikut ujian," terang Afandi.
Pada kesempatan itu, Afandi turut mengklarifikasi soal video viral yang menarasikan siswi kelas 12 SMK swasta di Kabupaten Indramayu murung tidak ikut ujian karena punya tunggakan Rp 4,9 juta ke sekolah.
Kejadian yang dianggap miskomunikasi ini berawal saat pihak sekolah hendak menggelar ujian tengah semester.
Sebagaimana prosedur, pihak sekolah mengeluarkan imbauan agar siswa yang masih punya tunggakan untuk melunasi pembayaran atau minimalnya bisa dicicil.
Salah satu yang punya tunggakan adalah ANS, nominalnya mencapai Rp 4,9 juta.
Pihak sekolah pun mencoba untuk mengonfirmasi soal tunggakan tersebut.
Baca juga: Warga Resah Konvoi Truk Pengangkut Tanah Merah Lalu Lalang di Indramayu, Kerap Picu Kecelakaan
"Meski punya tunggakan, pada saat pelaksanaan ujian hari Senin, kami tetap memberikan kartu ujian agar ANS ini bisa masuk mengikuti ujian," ujar dia.
Kemudian, esok harinya, pihak sekolah memanggil kedua orangtua ANS, tujuannya untuk konfirmasi lebih lanjut.
"Apakah betul, karena maaf, saya harus berani katakan, karena banyak anak yang dikasih uang untuk bayaran oleh orangtuanya, tetapi uangnya tidak dibayarkan ke sekolah. Kami dalam hal ini ingin mengajarkan anak untuk jujur," ujar dia.
Hanya saja, upaya konfirmasi pihak sekolah itu kemungkinan disalahartikan.