Editor
BANDUNG, KOMPAS.com – Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengungkapkan masih banyak mahasiswa yang belum terjangkau bantuan biaya pendidikan.
Menurutnya, dari 450 mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), ITB hanya mendapat kuota untuk 269 orang.
“Masih banyak mahasiswa tidak mampu yang membutuhkan uluran tangan kita bersama,” kata Irwan, Minggu (28/9/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Irwan di sela peluncuran program Zakat dan Infak Gajah yang tahun ini berkolaborasi dengan ajang ITB Ultra Marathon 2025 melalui inisiatif bertajuk #RunforGajahDidik. Program ini bertujuan membantu mahasiswa ITB yang kesulitan membayar uang kuliah tunggal (UKT).
Baca juga: Kisah William Berlari Jakarta-Bandung di Ultra Marathon ITB: Sempat Down tapi Kembali Bangkit
Dalam rilisnya, Senin (29/9/2025), sejak diluncurkan pada 2017, Program Zakat dan Infak Gajah menjadi wadah bagi alumni dan donatur untuk menyalurkan bantuan pendidikan dalam bentuk zakat maupun infak.
Tahun lalu, beasiswa senilai Rp 2,3 miliar berhasil disalurkan kepada 400 mahasiswa dari berbagai latar belakang agama.
Pengelolaan bantuan dilakukan bersama Direktorat Kemahasiswaan ITB (Ditmawa), Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL), Ikatan Alumni ITB (IA ITB), serta komunitas alumni.
Direktur Rumah Amal Salman, Syachrial, menjelaskan tahun ini pihaknya menargetkan bantuan untuk 300 mahasiswa dengan kebutuhan dana sebesar Rp 900 juta. Hingga September 2025, dana yang terkumpul baru mencapai Rp 200 juta.
“Kami berterima kasih kepada ITB Ultra Marathon, Yayasan Solidarity Forever, Ditmawa ITB, IA ITB, Paragon Corp, BAMUIS BNI, dan Masjid Salman ITB atas dukungan yang diberikan,” ujarnya.
Baca juga: Rektor ITB, Guru Besar, dan Alumni Marathon Jakarta-Bandung demi Kumpulkan Dana Beasiswa
Selain menggalang dana, Rumah Amal Salman juga berpartisipasi dalam ITB Ultra Marathon dengan menurunkan dua grup pelari pada rute Jakarta–Bandung sejauh 180 kilometer.
Mereka juga menyiapkan ambulans dan layanan cek kesehatan di Kampus ITB selama kegiatan berlangsung.
Irwan berharap keterlibatan berbagai pihak dapat memperluas jangkauan bantuan pendidikan.
“Kami mengajak semua pihak untuk ikut bergotong royong. Sebab pendidikan tidak boleh berhenti hanya karena keterbatasan biaya,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang