Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti BRIN Jelaskan Viral Bola Api di Langit Cirebon: Meteor Sporadik Jatuh di Laut Jawa

Kompas.com, 6 Oktober 2025, 17:50 WIB
Agie Permadi,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Peneliti Ahli Utama Astronomi Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin, menanggapi beredarnya video viral di media sosial yang memperlihatkan benda bercahaya yang disebut-sebut sebagai meteor yang jatuh di dekat ruas Tol Ciperna, Cirebon, Jawa Barat.

Profesor Riset Astronomi tersebut mengatakan, berdasarkan analisis terhadap berbagai rekaman video dan laporan warga di sejumlah daerah, ada beberapa cuplikan video yang tak terkait dengan peristiwa meteor yang terlihat di langit Cirebon tersebut.

"Kobaran api dan bola api yang jatuh vertikal itu saya duga tidak terkait dengan meteor. Kobaran api tidak tahu kejadiannya apa, yang jelas meteor tidak menyebabkan kebakaran," kata Thomas saat dihubungi Senin (6/10/2025).

Baca selengkapnya: Video Kebakaran Tol Palikanci akibat Meteor Hoaks, Peristiwa Kebakaran Lahan Tebu 2024

"Kemudian, yang bola api yang jatuhnya cenderung vertikal itu kemungkinan video di tempat lain, terkait dengan flare," ucapnya.

Baca selengkapnya: Tak Hanya di Cirebon, Bola Api Misterius Buat Geger Warga Juga Terlihat di Indramayu hingga Majalengka

Thomas menjelaskan data paling relevan datang dari laporan dan rekaman CCTV saat waktu kejadian sekitar pukul 18.35– 18.39 WIB.

Beberapa warga di Cirebon, Tasikmalaya, hingga Tegal dan Pekalongan melaporkan melihat cahaya terang melintas di langit diikuti suara dentuman.

BMKG Cirebon (ACJM) juga mendeteksi adanya getaran pada pukul 18.39.12 WIB yang menguatkan dugaan adanya gelombang kejut akibat meteor yang menembus lapisan atmosfer.

"Jadi, kalau saya rekonstruksikan semua informasi tersebut dengan mengeliminasi soal kobaran api, kemudian bola api yang jatuhnya vertikal yang menurut saya tidak terkait. Maka, saya menyimpulkan kejadian di Cirebon dan sekitarnya itu adalah masuknya meteor besar mulai dari Laut Jawa kemudian melintas di atas Tasik, kemudian lewat Kuningan, kemudian Kabupaten Cirebon, dan akhirnya ke Laut Jawa," ucapnya.

Baca juga: Analisis BRIN dan BMKG Dugaan Meteor di Cirebon: Jatuh di Laut Jawa Timbulkan Dentuman dan Getaran Seismik

BMKG, katanya, juga mendeteksi fenomena tersebut dari azimuth 221 dari arah barat daya.

"Suara dentuman itu terjadi ketika meteor tersebut mencapai ketinggian yang lebih rendah dan kemudian terjadi gelombang kejut sehingga menimbulkan suara dentuman dan ada laporan juga getaran pada kaca rumah warga," ujarnya.

Thomas menyebutkan, fenomena tersebut mirip dengan kejadian jatuhnya meteor di Bone, Sulawesi Selatan, pada tahun 2008 lalu, yang saat itu memicu getaran kuat di rumah warga.

Namun, kali ini ukurannya diperkirakan lebih kecil.

"Kalau yang di Cirebon ini saya duga lebih kecil karena hanya suara dentuman dan ada sebagian kecil warga yang kemudian merasakan ada getaran pada kaca jendela dan getaran," tuturnya,

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau