"Yang lebih nyata terdeteksi pada sensor BMKG. Jadi, saya perkirakan secara kasus kemungkinan obyek ini ukurannya antara 3 sampai 5 meter yang jatuh di Laut Jawa karena ukuran sebegitu kemungkinan hanya menimbulkan gelombang pada sekitar titik jatuh saja,” ujarnya.
Dikatakan, fenomena ini merupakan meteor sporadik, yaitu batuan sisa pembentukan Tata Surya yang orbitnya berpapasan dengan bumi.
"Jadi meteor yang melintas di Cirebon itu adalah meteor sporadik atau katakan itu batuan orbitnya itu berpapasan dengan bumi," ucapnya.
Meski sebagian permukaan meteor tersebut terbakar saat melintas di atmosfer, Thomas menduga sebagian kecil fragmennya (sisa-sisa batuan) mungkin masih tersisa ketika jatuh ke Laut Jawa.
Namun, karena titik jatuhnya di laut, tidak ada dampak signifikan terhadap wilayah daratan.
“Tidak berdampak, kalau di darat tentu menimbulkan kawah, ya, tapi ini jatuhnya di laut,” ucapnya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya atau menyebarkan video hoaks yang mengaitkan fenomena ini dengan kebakaran di darat.
"Imbuannya, warga tidak menyebarkan hoaks, ya. Karena seperti bola api, seperti kobaran api, kemudian lahan terbakar itu tidak terkait. Hanya di media sosial itu dikait-kaitkan, ya," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, media sosial TikTok dan Instagram dihebohkan oleh beredarnya video benda bercahaya yang disebut-sebut sebagai meteor jatuh di dekat ruas Tol Ciperna, Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/10/2025) malam.
Benda tersebut diduga memicu kebakaran di sekitar lokasi titik jatuhnya.
Dalam video yang beredar, terlihat api berkobar cukup tinggi di seberang jalan tol dengan lalu lintas kendaraan yang masih ramai.
Unggahan serupa juga dibagikan akun @bogordailynews.
Beberapa warganet mengaku mendengar suara ledakan saat peristiwa tersebut.
Peristiwa ini mengingatkan warga pada kejadian serupa di Cirebon pada 18 Agustus 2010, ketika masyarakat melaporkan benda langit jatuh di daerah Terasana Baru, Babakan.
Saat itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menegaskan bahwa benda tersebut bukan bagian dari hujan meteor Perseid.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang