INDRAMAYU, KOMPAS.com - Suasana haru menyelimuti halaman Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 40 Indramayu, Minggu (19/10/2025).
Seorang ayah bernama Nurita (46) tak kuasa menahan air mata saat memeluk putrinya, Meri Mira Visilmi Kaffah (9), yang kini menempuh pendidikan di sekolah rakyat tersebut.
"Semoga anak saya jadi orang sukses," ucap Nurita penuh harap saat ditemui di sela-sela kunjungannya di SRT 40 Indramayu yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Indramayu.
Nurita yang datang jauh-jauh dari Desa Limpas, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, mengaku sangat merindukan buah hatinya tersebut.
Ini merupakan kunjungan keduanya sejak sang anak mulai bersekolah di SRT 40 sekitar sebulan lalu.
Baca juga: Saya Ingin Bahagiakan Orangtua, Buat Rumah Ber-AC Seperti di Sekolah Rakyat
Kali ini, ia juga mengajak istri, anak pertama, dan anak bungsunya untuk melepas rindu sekaligus mengecek kondisi Meri di sekolah.
Meski berat berpisah, Nurita mengaku merasa tenang karena putrinya terlihat bahagia dan nyaman di sekolah rakyat.
Apalagi dari pihak sekolah juga memberikan pelayanan terbaik.
"Katanya di sini teman-temannya baik, makanannya enak, jadi anak saya juga betah. Malah dia sendiri yang minta sekolah di sini," ujar Nurita.
Menurutnya, sekolah rakyat tidak hanya memberi pendidikan gratis, tetapi juga membentuk kedekatan emosional antara anak dan orangtua meski terpisah oleh jarak.
Saat bertemu, Meri langsung salim dan memeluk orangtuanya, hal yang jarang dilakukan anaknya tersebut ketika ada di rumah.
Baca juga: Sekolah Rakyat, Harapan Baru Anak-anak dari Keluarga Tak Mampu
Matanya pun langsung berkaca-kaca ketika menceritakan momen haru tersebut.
"Dulu mah ya begitu, tetapi sekarang kalau ketemu salim terus meluk, jadi malah bikin ada kedekatan dengan keluarga," ucap Nurita.
Dari cerita gurunya, Meri dikenal sebagai anak yang rajin dan cepat beradaptasi.
Ia juga mandiri serta pintar mengaji. Meri bahkan sering membantu teman-temannya yang kesulitan membaca Al Quran.
Meri sendiri sebelumnya bersekolah di SD swasta di dekat rumah dan tidak sampai putus sekolah.
Namun, karena faktor ekonomi dan ketidaknyamanan anak di sekolah lama, ia memutuskan memindahkan Meri ke Sekolah Rakyat Terintegrasi 40 Indramayu.
Sebagai sopir ambulans dengan status honorer, Nurita mengaku tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan anaknya secara penuh.
Karena itu, ia bersyukur ada sekolah rakyat yang menanggung semua kebutuhan anaknya di tengah keterbatasan ekonomi keluarga.
"Ini kata anak saya ya, bukan dari pihak sekolah, katanya di sini makan terjamin tiga kali sehari, dikasih snack, susu juga. Tidur enak, dingin. Hal-hal yang kadang sulit saya penuhi di rumah," ujarnya.
Istri Nurita, Dian Kartikasari (40), juga menaruh harapan besar agar anaknya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan sukses lewat pendidikan di sekolah rakyat.
"Harapannya cuma satu, semoga anak saya bisa sukses dan bikin bangga orangtua," katanya.
Tangis pun pecah ketika momen perpisahan tiba.
Meri kembali harus masuk ke asrama sekolah, sementara kedua orangtuanya bersiap pulang.
"Baik-baik ya di sekolah, nurut sama ibu guru. Nanti bapak ke sini lagi jenguk dede," pesan Nurita sambil memeluk erat putrinya.
Sang kakak pun tampak merekam momen haru itu dengan ponselnya.
Dari jendela asrama di lantai dua, Meri melambaikan tangan, sementara keluarganya perlahan berjalan meninggalkan halaman sekolah dengan mata berkaca-kaca...
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang