Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merek "Elizabeth" Bertahan 60 Tahun di Bisnis Tas Fesyen, Bermula dari Gang Kecil dengan Modal Minim

Kompas.com - 21/09/2022, 06:52 WIB
Putra Prima Perdana,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Mempertahankan bisnis selama 60 tahun bukan perkara mudah. Suka duka dan jatuh bangun pasti dilewati. Demikian pula yang dialami merek dagang tas fesyen asal Bandung, Elizabeth.

Namun, ada rahasia di balik suksesnya bisnis yang dijalani merek atau brand Elizabeth yang hingga kini sudah memiliki 90 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Direktur Utama Elizabeth Lisa Subali menceritakan, bagaimana di tahun 1963, kedua orangtuanya, Handoko Subali dan Elizabeth Halim yang tinggal di rumah kecil di dalam Gang Kebun Tangkil, Gardujati, Kota Bandung, memulai bisnis tas perjalanan (travel bag) kecil-kecilan dalam kondisi kesulitan ekonomi.

"Bapak Handoko dan Ibu Eli (Elizabeth Halim) memulai modalnya minim sekali waktu itu. Dinilainya dulu pakai batu korek api, karena batu korek api waktu itu berharga, kalau sekarang sama kaya logam mulia. Elizabeth itu tahun 1963 awalnya adalah tas travel, belum merambah ke tas ibu (perempuan)," kata Lisa saat ditemui di Hotel Sensa, Cihampelas, Kota Bandung, Selasa (20/9/2022).

Baca juga: Cendol Elizabeth, Kuliner Legendaris Bandung yang Muncul Hanya Saat Ramadhan

Selain uang seadanya, modal Handoko dan Elizabeth saat itu hanya satu mesin jahit dan satu sepeda kumbang.

Menurut Lisa, ibunya memiliki keterampilan membuat pola baju yang diaplikasikan untuk membuat pola tas. Sementara Handoko menjadi palang pintu penjualan tas buatan tangan mereka yang dikerjakan bersama.

"Pak Handoko waktu itu jualnya pakai sepeda. Dia keliling jual tas itu per pieces. Laku, buat lagi," tutur Lisa.

Usaha Handoko dan Elizabeth berkembang cukup pesat di dua tahun awal. Jerih payah berjualan keliling membuat pesanan tas travel tidak pernah sepi.

Jika di awal usaha Handoko dan istrinya mampu memproduksi dan menjual dua lusin tas setiap hari, di akhir tahun 1963, produksi rata-rata mereka bisa enam lusin sehari dengan bantuan beberapa tenaga kerja.

"Permintaan mulai banyak, cukup cepat dalam dua tahun, permintaan datang terus. Bahkan orang-orang waktu itu bisa sampai nunggu di depan toko," ujarnya.

Membayar utang tepat waktu kepada suplaier bahan baku pembuatan tas adalah salah satu rahasia sukses Handoko dan Elizabeth dalam berbisnis. Menurut Lisa, di awal bisnis tas travel yang dijalani Handoko dan istrinya, suplaier membatasi bahan kain untuk diutangkan kepada keduanya.

"Bahan baku tas dari supplier limited karena Pak Handoko belum terlalu dipercaya. Tapi Pak Handoko selalu membayar utang kepada supplier tepat waktu, karena dengan membayar tepat waktu, akhirnya lama-lama pak Handoko bisa dapat supplay lebih banyak, bayar utang juga bisa mundur, dari situ modalnya bertambah," jelasnya.

Banyaknya pesanan, memaksa Handoko dan Elizabeth memindahkan usahanya pada tahun 1965. Pasangan ini pindah ke rumah milik sendiri di Jal Kalipah Apo, Kota Bandung. Tiga tahun berselang, barulah merek dagang Elizabeth dipatenkan.

"Di Jalan Kalipah Apo mereka punya kios (ruko) dua lantai. Di situ juga akhirnya dimulai membuat tas wanita pelan-plan  karena ada permintaan," jelasnya.

Penjualan tas wanita yang diproduksi Elizabeth pun meningkat, hingga akhirnya, di Jalan Otista, pasangan itu kembali membuka toko yang lebih besar. Hingga kini, Elizabeth pun lebih dikenal sebagai tas wanita ketimbang tas travel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Korban Penipuan Investasi di Tasikmalaya Satroni Rumah Pelaku, Rugi Rp 52 Miliar

Korban Penipuan Investasi di Tasikmalaya Satroni Rumah Pelaku, Rugi Rp 52 Miliar

Bandung
Hujan Deras di Garut, Longsor Timpa 4 Rumah, 3 Orang Tertimbun

Hujan Deras di Garut, Longsor Timpa 4 Rumah, 3 Orang Tertimbun

Bandung
Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Nasib Pilu Anis Dibakar Suaminya Berujung Maut, 3 Minggu Derita Luka Bakar 89 Persen

Bandung
Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Angin Puting Beliung Terbesar di Cimaung, Gemuruh Macam Suara Pesawat

Bandung
Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Lebat

Bandung
Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Rumah Rusak akibat Puting Beliung di Bandung Bertambah Jadi 65

Bandung
Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Bandung
3 Pria Tertabrak Kereta Api di Bandung, 1 Tewas

3 Pria Tertabrak Kereta Api di Bandung, 1 Tewas

Bandung
Video Viral Ratusan Warga Geruduk Maling Motor di Balaidesa Setupatok Cirebon

Video Viral Ratusan Warga Geruduk Maling Motor di Balaidesa Setupatok Cirebon

Bandung
Diguyur Hujan, Tebing Setinggi 120 Meter Longsor Memutus Jalan di Bandung Barat

Diguyur Hujan, Tebing Setinggi 120 Meter Longsor Memutus Jalan di Bandung Barat

Bandung
Pj Bupati Bandung Barat Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Pasar Cigasong Majalengka

Pj Bupati Bandung Barat Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Pasar Cigasong Majalengka

Bandung
Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil

Cerita ODGJ di Indramayu, Dicerai Suami, Diperkosa Tetangga hingga Hamil

Bandung
Praktik Kawin Kontrak di Cianjur, Tarifnya Capai Rp 100 Juta, Targetnya Wisatawan Asal Timur Tengah

Praktik Kawin Kontrak di Cianjur, Tarifnya Capai Rp 100 Juta, Targetnya Wisatawan Asal Timur Tengah

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com