KOMPAS.com - Dari hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa M 6,4 yang mengguncang wilayah Selatan Garut pada Sabtu (3/12/2022) pukul 16.49 WIB disebabkan oleh aktivitas dalam lempeng Indo-Australia(instralab).
"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa menengah akibat deformasi atau patahan dalam lempeng Indo-Australia(intraslab) yang menunjam ke bawah Jawa Barat," ungkap Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan resminya.
Sementara hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Gempa yang terjadi kemarin sore tidak menunjukkan adanya anomali muka laut atau dengan kata lain tidak berpotensi tsunami.
Kendati demikian, gempa di wilayah Garut-Tasik sudah terjadi beberapa kali dan memakan korban jiwa.
Baca juga: Gempa di Garut Sebabkan 5 Bangunan Rusak dan 1 Warga Terluka
Dari catatan BMKG, setidaknya ada lima gempa kuat yang pernah mengguncang wilayah Garut-Tasik hingga membuat bangunan rusak parah dan menimbulkan ratusan korban jiwa.
Dampak gempa Garut terparah terjadi pada 2006, berikut rinciannya:
Baca juga: Cianjur Diguncang Gempa Susulan M 4,2 Pagi Tadi, Nai Terbangun Saat Mimpi Gempa
Terkait dengan gempa Garut yang kemarin terjadi, Daryono mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada akan adanya gempa susulan yang masih mungkin terjadi.
"Gempa susulan signifikan berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan yang sudah lemah. Sehingga diimbau untuk tidak menempati bangunan yang secara struktur sudah rusak," tegas Daryono.
Selain itu, masyarakat perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.