Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinkes Tasikmalaya Bantah Puluhan Anak Keracunan "Chiki Ngebul" hingga Usus Rusak, Semua Anak Sudah Sehat

Kompas.com, 9 Januari 2023, 14:46 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, membantah sebanyak 24 anak di wilayahnya keracunan jajanan ciki ngebul (cikbul) hingga membuat usus menjadi bolong.

Untuk diketahui, cikbul merupakan jajanan sejenis chiki-chikian yang diberi nitrogen agar mengeluarkan asap atau ngebul.

Faktanya, kejadian keracunan cikbul memang pernah terjadi di Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya pada 15 November 2022. Tercatat, ada tujuh anak yang menunjukkan gejala dan 1 anak tak bergejala.

Selain itu, Dinkes Tasikmalaya menegaskan bahwa tidak ada anak berusia 4 tahun yang dioperasi karena kasus ini. Seluruh korban, baik yang bergejala maupun tidak pun, sudah dinyatakan sembuh sejak dua bulan lalu.

Baca juga: Jajan Cibul, 7 Siswa SD di Tasikmalaya Keracunan

Kepala Bidang (Kabid) Pengawasan, Pelayanan Kesehatan dan Tempat Usaha Dinkes Tasikmalaya, Dokter Reti Zia Dewi Kurnia menegaskan bahwa pada bulan November lalu, ketujuh anak yang mengalami gejala dinyatakan sembuh, sehari setelah kejadian keracunan.

Mereka pun saat ini dalam kondisi sehat dan melakoni aktivitas sebagai pelajar seperti biasa.

Setelah kejadian keracunan pada pertengahan November itu, Reti menegaskan, tidak ada lagi kejadian keracunan cikbul di Kabupaten Tasikmalaya hingga hari ini, Senin (9/1/2023).

"Saya baru tahu informasi ini, nggak benar (24 anak jadi korban cikbul rusak usus). Korban dulu yang tercatat 16 korban pelajar tak bergejala, 7 orang pelajar bergejala. Dari korban bergejala ada 6 korban saat kejadian hanya pusing saja dan 1 orang sempat muntah-muntah saat itu sempat dibawa ke RS," ungkap Reti.

"Jadi nggak ada lagi tambahan korban dan kejadiannya (keracunan cikbul) nggak ada lagi selain waktu itu," tegas dia.

Sementara informasi yang menyatakan bahwa ada korban berusia 4 tahun yang harus dioperasi karena kondisinya parah, Reti menegaskan bahwa informasi tersebut salah atau hoaks.

Sebab, pada hari kejadian pihak Rumah Sakit menyatakan bahwa ketujuh korban bergejala sudah sembuh dan langsung dipulangkan ke rumah masing-masing.

Seorang siswa dari 7 pelajar SDN Ciawang 2 Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya yang keracunan jajanan sekolah Cibul masih menjalani perawatan intensif di ruang tindakan RSUD SMC Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Seorang siswa dari 7 pelajar SDN Ciawang 2 Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya yang keracunan jajanan sekolah Cibul masih menjalani perawatan intensif di ruang tindakan RSUD SMC Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (16/11/2022).

"Tidak benar, kalau ada korban keracunan cikbul saat itu harus ada yang butuh operasi. Tidak benar juga kalau para korban keracunan cikbul seperti informasi yang beredar sekarang ususnya bolong-bolong dan rusak. Semuanya sudah sembuh saat itu juga," terang Reti.

Dia mengatakan, setelah kejadian keracunan cikbul pada November 2022, Dinkes bersama BPOM dan instansi terkait terus memberi sosialisasi kepada pedagang agar tidak menjajakan cikbul karena mengandung zat berbahaya.

Dinkes Tasikmalaya beri laporan ke Kemenkes saat kejadian November

Reti menjelaskan, kejadian keracunan cikbul di Tasikmalaya telah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI saat kejadian bulan November. Laporan itu juga berisi upaya penanganan, evaluasi, dan analisa studi kasus di lapangan.

"Terkait kasus itu saya sudah memberikan laporan. Kami juga sudah memberikan laporan bekerjasama dengan BPOM dan turun ke lapangan. Mulai dari hasil penanganan, evaluasinya dan laporan sudah dikirimkan ke Kemenkes RI saat kejadian itu. Kalau analisa studi kasus hasilnya pun sudah disampaikan ke Kemenkes RI," tambah Reti.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau