KOMPAS.com - Warga Kota Bandung, Jawa Barat (Jabar), kesulitan mencari berasa premium kemasan 5 kg di minimarket.
Salah satu warga, Enur (36), mengaku sudah kesulitan mendapatkan beras yang biasa dibelinya sejak dua pekan lalu.
"Biasanya saya membeli beras kemasan 5 Kg di Alfamart tapi di tiga tempat tidak ada, bahkan belanja online juga kosong," kata Enur, Senin (12/2/2024), dikutip dari TribunJabar.id.
Karena itu, Enur mengatakan, kini dia harus membeli beras premium di warung meski harganya lebih mahal, dari Rp 16.500 menjadi Rp 18.000 per Kg.
Agus (25), pegawai salah satu minimarket di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Jabar, menyebut bahwa kelangkaan beras putih di minimarket terjadi lantaran stok yang semakin menipis.
Baca juga: Tak Ada Jembatan, Logistik Pemilu Diangkut Truk Menerobos Kali
“Beras putih kosong. Info terbarunya, stok menipis dan harga akan ikut naik,” ujar Agus.
Kondisi ini, Agus mengatakan, bukan hanya terjadi di minimarket tempatnya bertugas tetapi juga di wilayah lainnya.
“Belum ada kiriman beras lagi dari distributor, kemarin terpotong libur panjang, hanya sisa menjual beras merah dua kilogram dibanderol Rp 37.900,” ucap Agus.
Branch Corporate Communication Alfamart, Elisa Refila membenarkan bahwa kelangkaan ini terjadi lantaran pihaknya tidak menerima pasokan.
"Stok beras kosong, tidak hanya Alfamart, tapi minimarket lainnya juga kosong," ungkapnya.
Baca juga: Pemilu di Pulau Terluar Aceh, Distribusi Logistik Gunakan Kapal Nelayan
"Semua toko ritel akan dikumpulkan Pemkot untuk mencari solusi agar (stok) beras kembali normal," imbuhnya.
Kelangkaan beras putih bukan hanya terjadi di minimarket. Kondisi serupa juga berlangsung di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jabar.
Salah satu pedagang beras di Pasar Kosambi, Andri, mengaku hanya memiliki stok beras berkualitas premium.
Pasalnya, kualitas beras medium belakangan ini menurun tetapi harganya naik, sehingga dia kerap mendapat keluhan dari pembeli.
“Beras medium stoknya susah sekarang. Ada beras medium, tapi kualitasnya di bawah, tidak seperti biasanya. Banyak yang patah dan bubuk,” papar Andri.
Baca juga: Cerita 1 TPS di Kota Cirebon, Tetap Pakai Tinta Kunyit demi Tradisi