Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ratih Antre Beras Murah SPHP, Pulang dengan Tangan Kosong

Kompas.com - 22/02/2024, 17:54 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS.com - Ratih, warga Kelurahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pulang dengan tangan kosong.

Dirinya tetap tidak mendapatkan kesempatan membeli beras murah SPHP meski telah mengikuti antrean. Tingginya antusiasme warga membuat stok beras SPHP sebanyak 10 ton, habis seketika.

Wanita berkerudung biru ini hanya bisa pasrah saat petugas yang mengatur antrean menyatakan beras habis. Dia bersama sejumlah ibu rumah tangga lainnya, terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Baca juga: Warga Kota Bandung Rela Antre Berjam-jam demi Beras Murah

"Iya Mas kehabisan. Ikut antre tadi, mau beli dua pak, tapi kata petugasnya habis, ya sudah," kata Ratih saat ditemui Kompas.com di lokasi operasi beras murah di halaman Kantor Kelurahan Perbutulan, Kamis (22/2/2024) pagi.

Hal serupa nyaris terjadi pada Siti Nurjanah. Ibu rumah tangga yang membawa anaknya ini, hanya mendapatkan satu pack dari jatah sebelumnya dua pack persatu orang satu kali transaksi.

Ini terjadi karena antrean yang masih panjang, sementara ketersediaan beras SPHP di atas truk tinggal sedikit.

Baca juga: Tekan Harga Beras, Pemkab Tangerang Gelar Operasi Pasar Beras Murah

Nurjanah mengaku kecewa, lantaran dia melihat banyak warga yang bisa membeli dua hingga tiga kali balik, atau setara empat hingga enam pack persatu orang. Caranya orang tersebut beli, bawa pulang, kemudian datang lagi, beli lagi.

"Cuman kebagian satu (pack) yang lain, ada yang dua sampai tiga kali balik. udah ga ada lagi stoknya. Ya kecewa-lah, mau beli dua dapat satu, sedangkan yang lain, lebih, bisa empat pack," keluh Nurjanah.

Dia berharap petugas selektif agar pembelian beras SPHP merata kepada banyak warga.

Pasalnya, menurut Nurjanah, beras ini sangat membantu lantaran harganya murah Rp 52.000 per lima kilogram atau Rp 10.400 perkilogram. Sementara harga di pasar saat ini mencapai Rp 17.000-18.000 perkilogram.

Kepala Lurah Perbutulan, Tura, mengakui banyaknya warga yang kecewa tak kebagian beras SPHP. Bahkan, dia sendiri mendapat aduan dari warganya yang tidak mendapatkan beras.

Dia menyebut, program ini terbuka untuk umum, sehingga tidak dapat dikhususkan untuk warga setempat saja.

"Iya banyak yang kecewa, karena berasnya habis, yang lari itu juga kebagian satu pack, awalnya sih dua pack persatu orang. Warga saya juga banyak yang ngadu belum dapat, tapi mau gimana lagi, yang datang dari Sumber, Gegunung, dan kelurahan lain, umum," kata Tura saat ditemui Kompas.com usai kegiatan tersebut.

Dia tidak menyangka antusiasme warga sangat tinggi. Bahkan banyak dari kelurahan lain ikut datang dan mengantre.

Atas dasar itu, Tura menyebut dirinya langsung mengajukan penambahan pelaksanaan beras SPHP untuk Maret 2024. Dia meminta 15 ton, lebih banyak 5 ton dari yang disediakan hari ini, sejumlah 10 ton.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Terimbas Banjir Rob, Pedagang Minta Pantai Karangsong Indramayu Dibenahi

Bandung
KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

KPU Karawang Ancam Ambil Langkah Hukum Soal SK Palsu Penetapan Caleg

Bandung
Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Fakta di Balik Video Viral Bocah Gibran di Bogor Nangis Kelaparan

Bandung
Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Ingin Ulangi Kemenangan 2008, PDI-P dan PKS Jajaki Koalisi untuk Pilkada Sumedang

Bandung
Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Bandung
WNA Pembunuh Mertua di Kota Banjar Divonis 16 Tahun Penjara dan Bayar Restitusi 192 Juta

WNA Pembunuh Mertua di Kota Banjar Divonis 16 Tahun Penjara dan Bayar Restitusi 192 Juta

Bandung
Cirebon Festival 2024, Ajang bagi UMKM Cirebon untuk 'Naik Kelas'

Cirebon Festival 2024, Ajang bagi UMKM Cirebon untuk "Naik Kelas"

Bandung
Sederet Fakta Baru Kasus Mutilasi di Ciamis, Tersangka Depresi Diduga gara-gara Utang Rp 100 Juta

Sederet Fakta Baru Kasus Mutilasi di Ciamis, Tersangka Depresi Diduga gara-gara Utang Rp 100 Juta

Bandung
Kementan Targetkan Bantu 10.000 Pompa Air untuk Pertanian Jawa Barat

Kementan Targetkan Bantu 10.000 Pompa Air untuk Pertanian Jawa Barat

Bandung
Nenek 69 Tahun di Purwakarta Ditemukan Tewas di Ruang Tamu, Polisi: Ada Luka di Kepala

Nenek 69 Tahun di Purwakarta Ditemukan Tewas di Ruang Tamu, Polisi: Ada Luka di Kepala

Bandung
Meski Harga Pupuk Subsidi Naik, Mentan Jamin Jumlahnya Tak Akan Berkurang

Meski Harga Pupuk Subsidi Naik, Mentan Jamin Jumlahnya Tak Akan Berkurang

Bandung
Fortuner Mobil Dinas Polda Jabar Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudinya Diperiksa Propam

Fortuner Mobil Dinas Polda Jabar Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudinya Diperiksa Propam

Bandung
Mentan Bangun Klaster Pertanian di Kabupaten Bandung, Apa Istimewanya?

Mentan Bangun Klaster Pertanian di Kabupaten Bandung, Apa Istimewanya?

Bandung
Pelaku Nikah Sesama Jenis di Cianjur Diduga Alami Penyimpangan Gender

Pelaku Nikah Sesama Jenis di Cianjur Diduga Alami Penyimpangan Gender

Bandung
Video Viral Penumpang Diduga Lecehkan 'Driver' Ojol di Bandung, Polisi: Salah Paham

Video Viral Penumpang Diduga Lecehkan "Driver" Ojol di Bandung, Polisi: Salah Paham

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com