CIREBON, KOMPAS.com - Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang terletak di kawasan Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon, masih berdiri kokoh. Usianya yang sudah lebih dari 500 tahun tidak membuatnya lapuk.
Justru, masjid ini menjadi salah satu sumber sejarah peradaban Islam di tanah wali yang terus dipelajari banyak orang.
Sepintas, kita tidak akan menyadari bahwa bangunan yang berdiri di atas lahan sekitar 400-500 meter persegi ini, adalah sebuah masjid.
Gapura besar dan juga tembok tinggi yang mengelilingi sekitarnya, lebih menyerupai sebuah keraton atau padepokan.
Juga tidak ada "memolo" menjulang tinggi ke arah langit sebagaimana masjid pada umumnya.
Baca juga: Masjid Agung Sang Cipta Rasa: Sejarah, Arsitektur, dan Keunikannya
Beberapa tahun belakang, hiasan kaligrafi yang mencolok di gerbang pintu luar menghiasi, yang berfungsi sebagai penanda.
Namun, setelah melintasi gerbang, pengunjung dibuat takjub dengan masjid ini.
Bagian depan sebagai latar sangat terbuka luas, sementara bagian dalam tertutup rapat dengan sembilan buah pintu masuk.
Uniknya, pintu ini hanya berukuran sekitar satu orang yakni tinggi 1,5 meter dan lebar sekitar satu meter.
Ukurannya yang kecil ini, membuat tiap pengunjung yang hendak masuk harus menundukkan diri. Bahkan mereka harus antre masuk bergantian satu persatu karena sempitnya pintu.
Kyai Haji Muhamad Jumhur, Ketua Penghulu Keraton Kasepuhan Cirebon menyampaikan, pintu masjid ini menyimpan banyak makna.