KOMPAS.com - Gula cakar adalah pemanis tradisional khas Majalengka yang biasanya dibawa pulang wisatawan sebagai oleh-oleh.
Berbeda dengan gula biasa, gula cakar berbentuk kubus dengan permukaan berpori dan memiliki warna merah muda.
Baca juga: Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Majalengka: Pilihan Ekonomis
Konon, pori-pori yang tidak beraturan membuat permukaannya kasar dan tampak seperti bekas cakaran sehingga kudapan ini disebut gula cakar.
Karena tampilannya yang unik dan terlihat menarik, gula cakar kerap dikira kue kering oleh wisatawan yang tengah berbelanja oleh-oleh.
Baca juga: 7 Wisata Curug di Majalengka Jawa Barat
Selain bisa dimakan langsung, gula cakar juga bisa digunakan untuk memberi rasa manis pada minuman seperti teh dan kopi.
Berbeda dengan gula biasa, gula cakar memang lebih mudah larut baik jika diseduh dengan air dingin maupun air panas.
Baca juga: Resep Sate Kikil khas Majalengka, Sajikan dengan Lontong
Dilansir dari penelitian berjudul, Pelestarian Gula Cakar Sebagai Bahan Pemanis Tradisional Khas Majalengka (2022) yang ditulis Rani Amalani, dkk dari Prodi Pendidikan Tata Boga, Universitas Pendidikan Indonesia, sejarah pemanis ini juga tidak kalah menarik untuk disimak.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa konon pertama gula cakar kali ditemukan oleh orang Tionghoa pada sekitar tahun 1920-an.
Adapun produksi gula cakar di Majalengka sebenarnya terdapat kaitan sejarah dengan adanya dua pabrik gula peninggalan zaman kolonial Belanda di Majalengka, yaitu Pabrik Gula Kadipaten (PG Kadipaten) Kadipaten dan Pabrik Gula Jatiwangi (PG Jatiwangi).
Produksi gula cakar saat itu sangat marak dan merakyat sebagai salah satu penganan khas Majalengka.
Hal ini karena ketersediaan gula putih sebagai bahan bakunya diperoleh dari PG Kadipaten dan PG Jatiwangi.
Namun setelah kedua pabrik gula tersebut ditutup, produksi gula
cakar menjadi tidak sebanyak sebelumnya.
Walaupun tidak ada sumber tertulis, namun sejarah, bahan baku, dan cara pembuatan gula cakar dituturkan secara lisan dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Seperti komposisi gula cakar yang terdiri dari gula putih, soda kue, dan pewarna makanan.
Sebelumnya, pengrajin gula cakar menggunakan pewarna merah untuk tekstil untuk memberi warna dan sedikit sabun beko untuk menimbulkan tekstur gelembung.