Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Publik Pilkada Kota Bandung Dikeluhkan karena Terlalu Malam

Kompas.com, 31 Oktober 2024, 10:05 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Penyelenggaraan Debat Publik Perdana Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung Tahun 2024 yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung di Grand Ballroom Sudirman, pada Rabu (30/10/2024), menuai keluhan dari pasangan calon.

Mereka menganggap waktu pelaksanaan debat yang dimulai pukul 21.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 23.30 WIB terlalu malam.

Calon wali kota Bandung nomor urut 2, Haru Suandharu, menyatakan, "Ya terlalu malam, menurut saya baiknya mungkin jam 19.30 WIB lah paling malam. Kalau jam segini agak ngantuk," ungkapnya saat sesi debat.

Baca juga: Farhan-Erwin Pakai Baju Hansip saat Debat Pilkada Kota Bandung, Ini Alasannya

Senada dengan Haru, calon wakil wali kota Bandung nomor urut 2, Ridwan Dhani Wirianata, juga mengkhawatirkan dampak waktu debat terhadap pemirsa di rumah.

"Khawatirnya penonton di rumah itu bisa nonton, menyaksikan atau tidak. Kalau kita sih khawatir itu saja," bebernya.

Calon wali kota Bandung nomor urut 1, Dandan Riza Wardhana, menambahkan bahwa waktu pelaksanaan debat yang terlalu malam berpotensi mengurangi efektivitas acara.

"Ini kan waktunya bobo, ya. Menurut saya sih, terlalu pendek waktunya. Tapi kalau memang ini berlaku untuk semua, kita ikut saja. Tidak semua warga akan mendengar kalau jam 21.00 WIB. Beda kalau prime time jam 19.00 WIB misalnya, itu akan lebih baik lagi," tuturnya.

Sementara itu, calon wali kota Bandung nomor urut 4, Arfi Rafnialdi, meski mengapresiasi jalannya debat yang berlangsung lancar, tetap menilai waktu penyelenggaraan terlalu malam.

"Kalau penyelenggaraan di dalam acaranya bagus, rapi, hiburannya juga oke. Yang kita usulkan ke KPU supaya mulai debat itu enggak terlalu malam. Supaya warga bisa ikut menyimak debat dengan baik. Jadi kalau terlalu malam kasihan warganya," imbuhnya.

Arfi juga berharap warga Kota Bandung yang tidak sempat menyaksikan debat secara langsung dapat melihat rekaman melalui saluran penyiaran yang disediakan KPU, termasuk YouTube.

"Mudah-mudahan dengan berbagai channel di Youtube, rekaman dan mungkin di sosial media, warga yang tidak hadir dan tidak bisa menonton langsung tetap bisa mendapatkan informasi yang mumpuni dari debat publik hari ini," tandasnya.

Ketua KPU Kota Bandung, Khoirul Anam, menjelaskan bahwa penyelenggaraan debat publik telah mempertimbangkan berbagai aspek meskipun banyak keluhan yang muncul dari peserta Pilkada.

"Pertimbangannya yang pertama adalah kami melihat bahwa warga Bandung sudah selesai beraktifitas pukul 21.00 WIB dan juga sudah ada di rumah. Sama saja kayak nonton bola. Nonton bola juga nyetelnya jam 20.00 WIB atau jam 21.00 WIB. Itu kan masih masuk di jam prime time," akunya.

Baca juga: Debat Pilkada Kota Bandung, Ini Cara Empat Calon Atasi Masalah Sampah

Khoirul juga optimis bahwa dengan adanya siaran ulang yang disediakan oleh KPU, warga yang tidak sempat menonton siaran langsung masih dapat menyaksikan debat.

"Yang kedua juga kan itu ada masuk di YouTube, di channel juga, nanti juga di relay juga," tandasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau