CIREBON, KOMPAS.com - Sebanyak 1.100 dari 1.700 rumah di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terendam banjir Rob, Kamis pada (9/1/2025) pagi. Air merendam jalan hingga masuk ke rumah warga.
Patara (62), Warga Desa Ambulu masih membersihkan air rob yang menggenangi rumahnya. Dia menunjukan air yang membasahi halaman depan rumah, ruang tamu, hingga kamar tidurnya. Dia juga menunjukan tinggi permukaan air saat banjir rob terparah kemarin.
"Sekitar 15 sentimeter mas, ini cukup tinggi. Sebelumnya tidak tinggi seperti ini," kata Patara menunjukan garis bekas permukaan air banjir rob, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (9/1/2025) siang.
Baca juga: Jalur Alternatif Menghindari Banjir Rob di Semarang-Demak
Patara menyebut banjir rob kerap kali merendam rumahnya dan warga sekitar di Desa Ambulu. Ini rata-rata terjadi pada akhir dan awal pergantian tahun.
Angin barat berlangsung hingga membuat air laut pasang. Di saat bersamaan, intensitas hujan sangat tinggi membuat debit air dari bagian hulu yang masuk ke sungai juga tinggi.
Masalah lainnya, kata Patara, adalah tidak adanya tanggul yang menahan air laut hingga membuat air rob berulang kali mudah datang menerjang warga. Terutama mereka yang tinggal dekat dengan bibir pantai.
Patara dan sebagian warga merasa resah karena banjir rob yang berulangkali terjadi menghambat aktivitas warga.
Dia berharap agar pemerintah membuat tanggul besar untuk dapat membendung dan menahan banjir rob yang kerap kali datang.
Sunaji, Kepala Desa Ambulu menyebut, tak hanya merendam permukiman, banjir rob juga merendam ratusan hektar tambak ikan bandeng. Ikan bandeng adalah mata pencarian utama warga yang tinggal di Desa Ambulu, pesisir Laut Losari Cirebon.
Berdasarkan data, Sunaji menyampaikan, Desa Ambulu memiliki luas tanah sekitar 1.210 hektar. 900 hektar di antaranya adalah berbentuk tambak ikan bandeng.
Pada banjir rob akhir dan awal tahun 2025, sekitar 600 hektar tambak ikan bandeng terdampak banjir rob.
Baca juga: Banjir Rob Terjang Jalan Pantura Semarang-Demak, Warga Resah
Sunaji menyebut banjir rob kali ini cukup parah dibanding tahun tahun sebelumnya. Seluruh aspek masyarakat, sekolah, rumah, jalan umum dan juga area tambak terdampak banjir rob.
"Total rumah ada 1.700an, kemarin banjir rob coba hitung perkiraan 1.100. ini sangat menggangu warga. Di tambahnya juga, sebanyak 1.210 hektar, 900 hektar tambak ikan bandeng. Di atas 60 persen (sekitar 600 hektar) tanggulnya jebol, tambaknya tidak bisa dipakai," ungkap Sunaji kepada Kompas.com Kamis (9/1/2025) siang.
Pemerintah Desa, kata Sunaji, telah melakukan revitalisasi dengan menanam pohon mangrove di sepanjang bibir pantai Desa Ambulu sejak beberapa tahun lalu. Mangrove yang juga menjadi wisata ini berhasil menahan laju banjir rob.
Di sisi permukiman, Sunaji bersama direktorat pemukiman juga telah merevitalisasi beberapa titik dengan program Kotaku.
Beberapa jalan utama yang menghubungkan antar blok yang semula rendah, kini sudah cukup tinggi. Sungai dan pintu air juga sudah dibangun untuk mengatur air saat musim rob datang.
Baca juga: Banjir Rob Kembali Terjang SDN 3 Ambulu, Siswa Belajar di Tengah Genangan
Namun, ketika sedang pasang tinggi dan musim hujan, solusi tersebut tetap tak bisa membendung banjir rob sepenuhnya. Air masuk melalui sungai sungai besar dan juga bibit pantai yang tidak ada tanggulnya.
Sunaji menyebut dirinya tidak dapat melakukan perbaikan dengan anggaran dana desa karena biaya yang tinggi. Dirinya berharap bantuan dari kolaborasi pemerintah pusat untuk memperbaiki sungai dan tanggul besar.
"Harusnya koordinasi antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dengan kementerian Pekerjaan Umum, solusi nya seperti apa. Semisal, tanggul sungai dibendung, dirapihkan, atau seperti apa. Pemerintah desa sudah melakukan tapi tidak cukup," harap Sunaji.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang