Editor
KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi baru-baru ini mengeluarkan kebijakan melarang kegiatan study tour bagi siswa di wilayahnya. Langkah ini diambil untuk meringankan beban finansial orangtua dan mengurangi risiko keselamatan siswa.
Dedi menekankan bahwa perpisahan sekolah tetap diperbolehkan, namun kegiatan yang membebani orang tua secara finansial, seperti study tour, sebaiknya dihindari. [Selengkapnya baca artikel ini]
Kebijakan ini mendapatkan respons positif dari sejumlah orang tua siswa yang merasa terbantu dengan pengurangan beban biaya pendidikan. Mereka berharap larangan ini dapat direalisasikan dan tidak hanya sebatas wacana. [Selengkapnya baca artikel ini]
Baca juga: Ikuti Perintah Dedi Mulyadi, Jaswita Bakal Evaluasi Besar-besaran Obyek Wisata di Puncak
Gebrakan Dedi Mulyadi ini juga diikuti oleh provinsi lain. Pemerintah Provinsi Banten, misalnya, melarang sekolah mengadakan study tour ke luar kota.
Wakil Gubernur Banten, Achmad Dimyati Natakusumah, menyatakan bahwa kegiatan study tour cukup dilakukan di dalam wilayah Banten untuk mengurangi beban orangtua dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. [Selengkapnya baca artikel ini]
Sejumlah sekolah di Banten mendukung larangan ini dan memilih untuk mengenalkan siswa pada kebudayaan lokal serta dunia industri di sekitar mereka.
Orang tuasiswa pun menyambut baik kebijakan tersebut, dengan harapan anak-anak mereka dapat lebih mengenal lingkungan sekitar tanpa harus mengeluarkan biaya besar. [Selengkapnya baca artikel ini]
Selain itu, Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, juga menginstruksikan pelarangan study tour mulai dari tingkat PAUD hingga SMA.
Ia menilai kegiatan tersebut membebani orangtua siswa secara finansial. [Selengkapnya baca artikel ini]
Di Jakarta, meskipun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah provinsi, beberapa sekolah mulai mempertimbangkan untuk mengikuti langkah yang diambil oleh Jawa Barat dan Banten.
Mereka menilai bahwa fokus pada kegiatan pendidikan lokal dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih relevan bagi siswa.
Namun, larangan study tour ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri pariwisata.
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menyarankan alternatif berupa tur dalam kota untuk menekan biaya dan tetap memberikan pengalaman edukatif bagi siswa.
Sekjen Asita, Budi Rianto, menyebutkan bahwa tur dalam kota dapat menjadi solusi bagi kedua belah pihak, baik pemerintah maupun pelaku pariwisata. [Selengkapnya baca artikel ini]
Polemik terkait larangan study tour juga terjadi di SMAN 6 Depok, di mana ratusan siswa tetap berangkat ke Jawa Timur dan Bali meskipun sudah ada larangan.
Baca juga: Dedi Mulyadi Tegur Istri Wali Kota Bekasi karena Menginap di Hotel Saat Warga Kebanjiran
Akibatnya, Kepala SMAN 6 Depok dicopot dari jabatannya oleh Dedi Mulyadi. Dedi menegaskan bahwa tindakan tegas ini diambil demi kebaikan siswa dan orangtua. [Selengkapnya baca artikel ini]
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan sekolah-sekolah dapat lebih bijak dalam merencanakan kegiatan yang melibatkan siswa, sehingga tidak membebani orang tua secara finansial dan tetap menjaga keselamatan siswa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang