Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 50 Triliun Beredar dari MBG, Dedi Mulyadi: Bisa Dongkrak Ekonomi Rakyat, Jangan Monopoli!

Kompas.com, 3 Oktober 2025, 06:36 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menilai berkurangnya dana transfer daerah tidak otomatis memperlambat laju ekonomi provinsi.

Sebab, ada Rp 50 triliun yang beredar melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Kalau Rp 5,7 triliun seluruh Provinsi Jawa Barat, itu kan dana yang ada di kas APBD, yang itu biasanya dikelola ke anggaran infrastruktur dan anggaran lainnya," ujarnya saat ditemui di Gedung Sabuga ITB, Kota Bandung, Kamis (2/10/2025).

Menurut dia, dana Rp 50 triliun dari MBG berbeda sifatnya dengan APBD.

Dana itu langsung beredar di masyarakat dan bisa menggerakkan roda ekonomi rakyat, terutama jika dikelola dengan baik.

Baca juga: Pemprov Jabar Pastikan Rp 50 Triliun BGN Tak Keluar Daerah, Dongkrak Ekonomi Rakyat

"Kalau yang Rp 50 triliun kan dana yang beredar di Jawa Barat karena berkah dari program MBG jika dikelola dengan baik, membangun sistem ekonomi kerakyatan, produktivitas pertanian terserap, lapangan kerja terbuka, anak-anak sekolah produktif," kata Dedi.

Ia menegaskan, kunci utama agar dana tersebut berdampak pada ekonomi terletak pada pengelolaan dan distribusinya, dengan tujuan agar dana tersebut tidak jatuh pada praktik monopoli atau dikuasai segelintir pihak.

"Sehingga kan ini yang kami ingin dorong, makanya minggu depan akan MoU, yang tidak boleh itu mata rantai ekonominya dikuasai oleh orang yang punya modal, itu yang kami enggak setuju," ucapnya.

Dedi menyebut, jika dana Rp 50 triliun dari MBG berputar di ekonomi rakyat, dampaknya bisa menutupi hilangnya Rp 5,7 triliun dari dana transfer daerah.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tekankan Pengawasan Berlapis MBG: Dapur Mandiri, Orang Tua Harus Dilibatkan

"Pendongkrak ekonomi, kalau dari sisi siklus ekonomi kita hilang misalnya Rp 5,7 triliun, tetapi beredar Rp 50 triliun kan lumayan, kalau itu bisa dimanfaatkan. Tetapi, kalau terbalik, yang terbalik adalah siklusnya beredar pada kalangan tertentu. Kemudian? Ada monopoli, dan itu bisa menjadi bumerang," tegasnya.

Untuk itu, Dedi mendorong agar dapur MBG didekatkan dengan sekolah agar orangtua murid juga mengetahui dari mana pasokan bahan baku berasal.

Keberadaan dapur tersebut tidak hanya menjadi tempat penyedia makanan sehat bagi siswa, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak siklus ekonomi masyarakat sekitar.

"Makanya harapan saya dengan dapur nanti didekatkan sekolah, sebenarnya lagi mendekatkan mata rantai pasar agar orang tua siswa juga mengetahui pasokan bahan bakunya dari mana," tutur Dedi.

Baca juga: Usulkan Dapur MBG Ada di Kantin atau Dekat Sekolah, Dedi Mulyadi: Bangun Siklus Ekonomi

Ia juga memastikan, pelaksanaan MBG akan diawasi melalui MoU dengan sejumlah pihak terkait.

Selain untuk memastikan kualitas bahan baku, hal tersebut menjamin makanan yang diberikan tetap terjaga baik.

"MBG-nya sudah koordinasi dengan Gubernur, nanti MoU, nah nanti MoU itu di dalamnya ada satgas yang melakukan pengawasan," pungkas Dedi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau