Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tarian Jawa Barat dan Asal-usulnya

Kompas.com, 6 Januari 2022, 15:30 WIB
William Ciputra

Penulis

Tarian Jawa Barat berikutnya adalah Tari Sintren. Tari yang satu ini berasal dari Kota Cirebon, Jawa Barat.

Melansir laman resmi Kota Cirebon, Tari Sintren biasanya dibawaan seorang wanita yang mengenakan kostum khusus dan kacamata hitam. Sebelum melakukan tarian, penari biasanya akan masuk ke dalam sebuah kurungan yang ditutup kain.

Tari ini dikenal dengan unsur magis dan tidak boleh ditarikan untuk main-main. Sintren berasal dari dua kata yaitu si yang berarti dia, dan tren merujuk pada putri. Sehingga Sintren berarti si putri.

Penari Sintren harus dalam keadaan suci dan bersih. Pasalnya, tarian ini menggambarkan kesucian si putri yang diperankan oleh sang penari. Karena harus suci, penari Sintren harus berpuasa terlebih dahulu dan tidak melakukan dosa sebelum pementasan.

Baca juga: Tari Merak: Asal, Gerak, dan Versi

4. Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk Tilu menjadi tarian Jawa Barat berikutnya. Tarian ini dipentaskan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, hiburan penutup acara, dan sebagainya.

Tari Ketuk Tilu awalnya merupakan tarian untuk upacara adat menyambut musim panen. Tarian ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada dewi padi dalam kepercayaan masyarakat Sunda, yaitu Dewi Sriwedari.

Di masa lampau, Tari Ketuk Tilu dipentaskan pada malam hari. Seorang gadis akan diarak ke tempat yang luas dengan diiringi bunyi-bunyian dari alat musik tradisional.

Namun saat ini Tari Ketuk Tilu sudah menjadi hiburan masyarakat luas. Adapun Ketuk Tilu sendiri diambil dari alat musik pengiring yang mengeluarkan tiga suara, yaitu rebab, kendang, dan kulanter.

5. Tari Merak

Tarian Jawa Barat berikutnya adalah Tari Merak. Sesuai dengan namanya, tari ini terinspirasi dari tata cara dan gerakan burung merak.

Tari Merak diciptakan oleh seniman bernama Raden Tjetje Soemantri pada periode 1950-an. Tari ini awalnya diciptakan untuk menyambut para delegasi Konferensi Asia Afrika (KAA).

Pada perkembangannya, Tari Merak menjadi tari modern atau kontemporer dimana gerakan tarian ini diciptakan bebas dengan kreasi sendiri.

Melansir Grid.id, Tari Merak diiringi lagu Macan Ucul dengan irama musik gamelan laras salendro. Tari Merak mengandung nilai kebersamaan, religi, dan kehalusan budi.

Selain itu, gerakan Tari Merak juga bermakna perwujudan rasa kagum terhadap keindahan burung merak. Oleh karenanya, gerakan dan kostum penarinya sangat kental unsur-unsur merak jantan.

6. Tari Wayang

Tari Wayang sering ditampilkan dalam kesenian Wayang Orang. Tarian ini cukup unik, karena yang dipentaskan adalah cerita wayang.

Pementasan tarian ini juga beragam. Ada Tari Wayang yang ditampilkan secara tunggal, berpasangan atau secara masal. Seiring berjalannya waktu, tarian ini dimodifikasi hingga menjadi tarian sesuai daerah masing-masing.

Baca juga: Tari Piring dari Sumatera Barat, Ini Sejarah dan Makna Gerakan

Halaman:


Terkini Lainnya
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Cerita Pemuda Asal Bandung Lepas dari NII, Terpapar Sejak SD, Sadar di Usia Dewasa
Bandung
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Banjir Sapu 13 Rumah di Bandung Barat: Bukit Gundul dan Drainase Proyek Diduga Jadi Pemicu
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau