Kemudian oleh dalang, cerita dikembangkan sesuai dengan tradisi
pertunjukkan wayang.
Saat ini, wayang golek lebih dominan sebagai pertunjukkan rakyat.
Wayang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat,
baik kebutuhan spiritual maupun materiil.
Wayang golek kerap hadir ketika ada perayaan, hajatan, khitanan,
pernikahan, dan lain-lain.
Tokoh punakawan wayang golek sedikit berbeda dengan wayang kulit.
Pada wayang kulit, tokoh punakawan terdiri dari Semar, Petruk, Gareng,
dan Bagong.
Dalam wayang golek, tokoh punakawan terdiri Semar, Cepot, Dawala,
dan Gareng.
Tokoh punakawan merupakan karakter khas dalam wayang Indonesia. Karakter
ini akan mengindikasikan beragam peran, antara lain penasehat para
kesatria, penghibur, kritik sosial, badut, bahkan sumber kebenaran dan
kebijakan.
Baca juga: Wayang Golek: Dakwah, Soekarno, hingga Bom Bali...
Almarhum Asep Sunandar Sunarya merupakan dalang wayang golek kawakan.
Dalang Asep Sunandar Sunarya telah mengeyam prestasi pendalangan
hingga ke luar negeri
Dalam mendalang, Asep Sunandar Sunarya terpacu oleh Wali Songo
yang menggunakan wayang sebagai media dakwah.
Supaya lebih efektif, Asep yang berpulang pada 31 Maret 2014 memodifikasi
tema cerita pementasan, modifikasi tokoh, bahkan berkolaborasi dengan
pelawak Sunda dalam pementasannya.
Terbukti dalam program Asep Show yang pernah tayang di salah satu televisi
pada kurun waktu 2000 menjadi program yang selalu ditunggu penonton.
Asep Sunandar Sunarya adalah dalang wayang golek yang berusaha menjembatani
perbedaan antara penikmat seni populer dan etnik.
Dengan kehandalan Asep dalam mengemas cerita, wayang goleng menjadi sajian
pertunjukkan yang menarik tanpa tergerus zaman.
Sumber : http://repository.uinbanten.ac.id/34, http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id,
dan http://media.unpad.ac.id/t