KOMPAS.com - Bahasa Sunda identik dengan Suku Sunda yang ada di wilayah Jawa Barat.
Walau begitu, pengguna Bahasa Sunda tak hanya berada di wilayah Jawa Barat saja.
Bahasa, seperti layaknya bentuk budaya juga dibawa masyarakat Suku Sunda ke daerah lain di Indonesia.
Baca juga: 10 Suku dengan Populasi Terbanyak di Indonesia, Minangkabau dan Batak Masuk Daftar
Suku sunda menjadi suku dengan jumlah dengan populasi terbanyak kedua di Indonesia.
Menurut hasil SP 2010 BPS, jumlah Suku Sunda mencapai 36.701.670 jiwa, atau setara dengan 15,5 persen dari total penduduk Indonesia.
Baca juga: 7 Fakta Menarik Bahasa Sunda yang Ternyata Salah Satu Bahasa Daerah Tertua di Indonesia
Tak heran jika penutur Bahasa Sunda seringkali kita temui ketika berkunjung ke beberapa daerah.
Melansir dari laman Peta Bahasa Kemendikbud, Bahasa Sunda juga memiliki sebaran di beberapa wilayah Indonesia lainnya, misalnya di Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.
Baca juga: Arteria Dahlan Minta Jaksa Agung Copot Kajati Rapat Berbahasa Sunda, Dedi Mulyadi: Apa Salahnya?
Tak banyak yang tahu bahwa menurut hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda di wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam dua dialek.
Dialek tersebut adalah dialek [h] dan dialek non-[h] yang memiliki perbedaan sekitar 60 persen.
Dialek [h] digunakan oleh penutur di hampir di seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat kecuali wilayah pesisir utara.
Dialek ini bisa dikenali dengan bunyi [h] di segala posisi sebagaimana bahasa Sunda baku pada umumnya.
Apalagi dialek ini menjadi dialek standar karena sering digunakan di pusat kekuasaan (ibukota provinsi), serta memiliki sebaran geografis yang luas.
Selain itu, jumlah penutur dialek ini lebih besar,dan biasa digunakan dalam media massa cetak dan elektronik.
Persebaran penutur dialek ini antara lain di Majalengka, Bogor, Tasikmalaya, Kuningan, Bekasi, Garut, Ciamis, Sukabumi, Subang, Purwakarta, Sumedang, Cianjur, Karawang, Bandung, Bandung Barat, dan Cirebon.
Dialek non-[h] ini dipengaruhi oleh letak geografis penggunanya yang merupakan enclave bahasa Sunda di daerah pakai bahasa Jawa.
Dialek ini tidak merealisasikan bunyi [h] di segala posisi, dengan bunyi [h] dalam dialek [h] bervariasi dengan bunyi [Ø].