Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PR Kawasan Rebana Metropolitan sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Jabar, Menurut Ahli

Kompas.com - 07/02/2022, 18:14 WIB
Reni Susanti,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Perencanaan pengembangan kawasan Metropolitan Rebana memiliki sejumlah tantangan bila kawasan tersebut ingin dijadikan pusat pertumbuhan yang inklusif.

Ketua Tim Riset "Pengembangan Wilayah Metropolitan Rebana" West Java Economics Society (WJES) Horas Djulius mengatakan, setidaknya Rebana Metropolitan harus selaras dengan pengembangan UKM/IKM setempat.

"Rebana diproyeksikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Jabar pada masa depan," ujar Horas saat dihubungi Senin (7/2/2022).

Baca juga: Rebana Metropolitan Jabar Indeks Pembangunan Manusia-nya Masih Rendah, Perlu Pendidikan Vokasi

Karena itu, dalam rencana pengembangannya, kawasan ini didorong untuk memiliki kawasan industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif, berdaya saing tinggi, serta berkelanjutan.

Namun dari kajian yang dilakukan, masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

Antara lain terkait kesesuaian Jawasan Peruntukan Industri (KPI) dengan aktivitas ekonomi lokal serta kualifikasi sumber daya manusia (SDM) di wilayah tersebut.

Karakteristik struktur ekonomi dari 7 kota/kabupaten yang sebagian wilayahnya masuk rebana bercorak pertanian dan perdagangan. Kondisi tersebut telah diduga sebelumnya bahwa corak di kawasan tersebut merupakan pertanian.

“Dari hasil penelitian kami masih ada ketidaksinkronan antara UKM/IKM unggulan di wilayah Metropolitan Rebana dengan industri besar yang diundang masuk ke-13 Kawasan Peruntukan Industri (KPI). Jadi pekerjaan rumahnyanya besar," beber dia.

Hasil tersebut, lanjut dia, menjadi tantangan tersendiri. Apabila investasi besar di sana membludak, diperlukan upaya untuk memunculkan inklusifitas di kawasan Rebana. Apalagi pemerintah bermaksud hendak mengejar pertumbuhan yang inklusif.

"Ekonomi inklusif kan lawannya ekslusif. Jadi inklusif itu inginnya tuh yang besar tumbuh, yang kecilpun tumbuh. Jadi tujuan penelitian kedua ingin mengetahui apakah entitas bisnis yang kecil di sana itu bisa disandingkan dengan usaha besar," ungkap Horas.

Dari sisi makro, dalam pemanfataan SDM di pengembangan wilayah Metropolitan Rebana masih terdapat ketidakcocokan.

Itu terlihat dari kualifikasi sumber daya manusia yang diharapkan industri besar tidak cocok dengan kualifikasi angkatan kerja yang tersedia.

Ia mencontohkan, di wilayah Subang rata-rata lama sekolah penduduk mencapai 7,2 tahun, di Cirebon 10,3 tahun. Jika melihat angka tersebut, sebagian penduduk tidak lulus SMP dan tidak lulus SMA.

“Bagaimana mereka bisa mengisi peluang employment di sana. Sedangkan yang dibutuhkan setidaknya diploma 1, 2, dan 3 atau SMA. Perlu ada upaya bersama untuk mengurangi gap ini,” katanya.

Hasil kajian juga menunjukkan, kinerja usaha UMKM di wilayah tersebut masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan karakteristik UMKM di wilayah Metropolitan Rebana yang cenderung memiliki kesamaan, yakni mindset kewirausahaan yang masih lemah, manajerial skill dan kompetensi organisasi yang masih terbatas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com