Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Cuma Cicalengka, Crazy Rich Joko Suranto Juga Bangun Jalan di Cilengkrang Kabupaten Bandung

Kompas.com, 25 Mei 2022, 18:21 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Entah apa yang membuat Joko Suranto begitu tertarik dengan wilayah Kabupaten Bandung.

Setelah ramai dibicarakan publik karena membangun jalan di Desa Nagrog dan Desa Nawacita, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada 2014 crazy rich asal Gerobogan Jawa Tengah ini juga pernah membangun jalan di Desa Melatiwangi, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kepada Kompas.com pemilik Buana Kassiti Group ini mengaku sempat lupa ihwal jasanya membangun jalan di Kecamatan Cilengkrang.

Baca juga: Kisah Crazy Rich Joko Suranto Bangun Jalan di Cicalengka dan 336 Pesantren di Priangan Timur

"Sejatinya memang harus dilupakan bahkan diikhlaskan, tapi kemarin sempat diingatkan oleh tim teknik kita, tentang jalan tersebut," katanya ditemui, Rabu (25/5/2022).

Joko menyebut pembangunan Jalan Cilengkrang menghabiskan anggaran sebesar Rp 500 juta.

Pada saat itu, kata dia, pembangunan jalan sepanjang 500 meter itu memakan waktu hampir 3 minggu, lebih lama dari biasanya.

Menurut Joko, pembangunan jalan di Cilengkrang cukup lama karena teknologi saat itu tidak secanggih sekarang.

"Panjangnya 500 meter, kalau lebar flukuatif 4 sampai 5 meter tergantung jalan yang sudah ada. Secara teori pembangunan jalan pada saat itu cukup sulit, karena ya tahu sendiri, teknologinya masih belum seperti saat ini," jelasnya.

Meski dibangun delapan tahun lalu, kondisi jalan di Kecamatan Cilengkrang itu masih terawat dengan baik.

"Kalau jalannya (dibuat) sama cor beton. Tapi Alhamdulilah, laporan dari lapangan sampai saat ini masih terjaga bagus, masih halus, masih oke," ujarnya.

Menurutnya, saat itu ia kerap menerima laporan banyaknya insiden kecelakaan di jalan tersebut.

Bahkan diakui Joko, kala ia menggunakan jalan tersebut, kondisinya sangat rusak dan mengkhawatirkan.

"Kita semua tahu, kalau waktu itu jalan di sana rusak, belum lagi masyarakatnya beberapa kali mengalami kecelakaan," terangnya.

Joko Suranto, crazy rich asal Gerobogan pernah membangun jalan di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tak hanya itu, ia juga mengaku membangun pesantren di Priangan Timur.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Joko Suranto, crazy rich asal Gerobogan pernah membangun jalan di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tak hanya itu, ia juga mengaku membangun pesantren di Priangan Timur.

Menuai pro kontra

Kendati sudah makan tahun, Joko masih mengingat betul dinamika yang terjadi kala pembangunan jalan di Kecamatan Cilengkrang tersebut.

Proses pembangunan jalan tersebut, kata Joko, dimulai dengan membuat arus kendaraan menjadi satu lajur.

Hal itu dilakukan lantaran pengerjaan cor jalan yang tidak bisa sekaligus dilakukan.

"Memang pada saat itu, harus dibatasi dulu jalurnya, karena pembangunan cor tak seperti aspal. Sebelah harus kita tutup dulu, kemudian karena jalannya sempit jadi sempat ada insiden," kata Joko.

Meski terjadi penolakan dan protes dari sebagian warga akibat lajur yang harus di potong sebelah.

Akhirnya, jalan tersebut terbangun. Joko menyebut baik yang pro atau yang kontra tetap bisa menikmati jalan tersebut.

"Alhamdulilah jalan tersebut pada tahun 2014 bisa terbangun. Saya masih ingat ada pro kontra pasti, tapi yang kontra juga pada akhirnya menikmati jalan itu," terangnya.

Seperti drama, Joko bercerita ketika jalan sepanjang 500 meter itu selesai baik masyarakat yang pro dan kontra mendatanginya disertai hujan air mata.

Tak hanya itu, mereka juga tak berhenti mengucap rasa syukur dan terimakasih.

Rasa haru itu, seingat Joko sangat nampak di wajah masyarakat yang pro. Pasalnya mereka harus berkorban untuk menyadarkan yang kontra ihwal kebermanfaatan pembangunan jalan tersebut.

"Yang pro itu sangat dahsyat lah untuk ukuran saat itu. Mereka datang menyatakan terima kasih kemudian dihujani air mata karena mereka harus menyadarkan yang kontra itu. Kan ada peristiwanya sedikit, ada insiden penolakan dan sebagainya itu, jadi ya saya melihat warga yang itu ikut berjuang berbagi kebaikan," kenangnya.

3-4 tahun lalu, crazy rich asal Gerobogan Joko Suranto juga pernah membangun jalan yang menghubungan Desa Nagrog dan Desa Narawita, di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tak hanya itu, ia juga mengaku membangun pesantren di Priangan Timur.KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah 3-4 tahun lalu, crazy rich asal Gerobogan Joko Suranto juga pernah membangun jalan yang menghubungan Desa Nagrog dan Desa Narawita, di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tak hanya itu, ia juga mengaku membangun pesantren di Priangan Timur.

2014, Joko baru merintis usaha

Rasa haru juga terasa ketika Kompas.com mewawancarai pria yang selalu menebar senyuman itu.

Pasalnya, rentan waktu 2014 merupakan tahun awal bisnisnya mulai merangkak maju.

Ia mengaku, saat itu untuk memperjuangkan pembangunan jalan mesti berkeringat lebih.

"Memang saat bangun jalan Cilengkrang kategorinya merintis, sangat merintis dan merintih, tertatih-tatih. Tapi ya memang semangat kita, niatnya selalu ingin bermanfaat bagi orang lain," tuturnya.

Joko menyebut, kala itu jangankan untuk membangun jalan, kantor Buana Kassiti Group pun statusnya masih mengontrak.

"Saya juga waktu itu sangat haru, kita itu waktu bangun jalan betul-betul baru bangun usaha yang dengan skala ukuran kantor juga waktu itu kita masih ngontrak tapi Alhamdulilah masih bisa memberi," terangnya.

Kendati kerap membantu membangun infrastruktur berupa jalan, namun baginya itu semua merupakan sebuah kewajiban sebagai seorang manusia yang diamanahi sesuatu yang lebih.

"Waktu haji saya pernah meminta pada Allah untuk diberi lebih agar bisa bermanfaat bagi orang lain. Jadi, ini semua bukan untuk dibanggakan, tapi saya merasa apa yah bagian dari saya bertanggung jawan atas permintaan saya kepada Allah yang sudah diberikan jalan untuk saya bisa punya usaha, bisa bertumbuh dan sebagainya," kata dia.

Baca juga: Crazy Rich Asal Grobogan Joko Suranto Temui Gibran di Solo: Beliau adalah Wali Kota Masa Depan

Ditanya terkait apakah ada rencana melakukan pembangunan kembali di Kabupaten Bandung, ia menyebut dirinya bukan orang yang memiliki power dan bisa melakukan sesuatu yang dahsyat.

"Kita bukan orang super power yang apa punya kemampuan lebih atau dahsyat, ada pun sesuatu yang kita lakukan, sepertinya harus dilupakan," ungkapnya.

Meski begitu, Joko berharap tetap diberikan kekuatan dan konsistensi agar bisa berbuat kebaikan dan menyebarkan kebaikan untuk sesama.

"Apapun yg kita lakukan ini semata karena Allah berkehendak, karena Allah semata meridhai, bukan karena saya baik atau apapun. Mohon doanya, Semoga Allah memberi istiqomah kepada saya dan kita semua, terima kasih," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau