Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Peternak Merugi akibat PMK, Ada yang Keguguran hingga Terpaksa Dipotong

Kompas.com - 31/05/2022, 06:49 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KUNINGAN, KOMPAS.com – Penyakit mulut dan kuku (PMK) memukul para peternak sapi perah, di Blok Cigeureung, Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Mereka sangat bersedih melihat kondisi sapi kian melemah, hingga tidak dapat menghasilkan susu sama sekali.

“Jangankan untung, modal saja tidak kembali. Bahkan untuk membeli pakan sapi saja kurang,” kata salah satu peternak bernama Hendar saat ditemui Kompas.com di kandangnya, di Blok Cigeureung, Senin petang (30/5/2022).

Baca juga: Sapi Terpapar PMK di Kuningan Naik Jadi 194 Ekor, Pemerintah Berlakukan Lockdown

13 sapi perah milik Hendar dinyatakan terindikasi positif PMK.

Sebagian besar sapinya memiliki gejala yang cukup menonjol seperti hidung dan mulut berlendir, berbusa, dan terdapat luka di kuku. Lidah serta bagian dalam mulutnya juga luka.

Karena terpapar PMK, sapi-sapi Hendar sempat lemas. Banyak ternaknya yang tidak dapat banyak bergerak, tidak napsu makan, dan menurun bobotnya.

Warga Blok Cigeureung yang sudah 35 tahun menjadi peternak sapi ini bercerita, awalnya ke-13 sapinya sehat, bugar, berbobot normal. Tetapi tiba-tiba dua pekan lalu, salah satu sapi miliknya memiliki gejala PMK.

Awalnya, Hendar mengira sapinya sakit demam biasa.

Namun, Hendar kaget. Bukannya sembuh, sapi yang berdekatan justru tertular dan memiliki gejala yang sama seperti sebelumnya.

Saat itu, barulah dia sadar sapinya terinfeksi PMK dari sapi milik tetangganya.

 

“Pertama kan yang kena dari tetangga sebelah. Mungkin karena virus kan susah melihatnya, jadi tidak tahu. Ternyata langsung menular. Tadinya satu yang kena. Terus merembet ke semua sapi, sampai ke sapi yang kecil juga kena. Sedihlah, namanya juga musibah,” tambah Hendar.

Dampak PMK

Dampaknya sangat mengagetkan. Produksi satu sapi menurun hebat. Satu ekor sapi hanya mengeluarkan 2 liter susu. Padahal jika sehat susu yang diproduksi bisa mencapai 15 liter per hari dari seekor sapi.

Sejumlah Petugas Puskeswan Kuningan memeriksa dan menemukan sejumlah ekor sapi yang terindikasi terjangkit PMK, Jumat (27/5/2022). Petugas menunjukan sejumlah tanda mencolok, hidung berlendir, mulut berbusa, lidah menghitam dan kaki luka.

KOMPAS.com/Muhamad Syahri Romdhon Sejumlah Petugas Puskeswan Kuningan memeriksa dan menemukan sejumlah ekor sapi yang terindikasi terjangkit PMK, Jumat (27/5/2022). Petugas menunjukan sejumlah tanda mencolok, hidung berlendir, mulut berbusa, lidah menghitam dan kaki luka.

Jika biasanya seluruh sapinya bisa memproduksi 100 liter susu per hari, setelah terinfeksi PMK hanya 5-10 liter susu yang diproduksi.

Jumlah susu yang menurun drastis, otomatis memengaruhi perekonomian. Dirinya bahkan menombok untuk membeli pakan dan membayar upah karyawan.

Bagi Hendar, ini adalah kali pertama sapinya terpapar penyakit dengan rentang waktu yang lama.

Hendar sangat berharap, pemerintah daerah ataupun koperasi dimana dirinya menjadi anggota, memberi perhatian penuh. Dia ingin ketiga belas sapi yang dimilikinya segera pulih dan kembali normal.

Meski demikian, Hendar menyadari dirinya masih beruntung, karena sebagian peternak lainnya mengalami kondisi terparah hingga harus potong paksa. Sebagian sapi yang sedang hamil banyak yang keguguran, karena terinfeksi PMK.

Kondisi memprihatinkan ini sudah terjadi selama dua pekan. Peternak berharap pemangku kebijakan proaktif melakukan penanganan untuk mempercepat proses penyembuhan sapi.

Kata dokter hewan

Dokter Hewan Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Nugraha Jaya Inda Darmansah, menerangkan PMK membuat mulut dan hidung sapi luka. Sapi tidak mau makan karena sakit. Dalam kondisi terparah, sapi lemah, terjatuh, lumpuh, dan mati.

Ilustrasi sapi terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) diisolasi.SHUTTERSTOCK/Wulandari Wulandari Ilustrasi sapi terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) diisolasi.

“Jelas dampaknya sangat merugikan. Kondisi ini sangat memukul para peternak sapi perah. Karena sapi tidak mau makan, produksi susu sapi menurun drastis. Ini otomatis berimbas pada menurunnya pendapatan. Belum lagi mereka tetap harus membeli pakan, dan membayar karyawan untuk perawatan,” kata Inda kepada Kompas.com Senin petang.

Inda menghitung, total populasi sapi perah di Kecamatan Cigugur sebanyak kurang lebih 1.500 ekor sapi. 200 ekor sapi di antaranya terpapar PMK. Lebih dari 2.000 liter susu sapi hilang dalam satu harinya dari total produksi total 15.000 liter.

Sebelum kondisi tersebut menjadi kian parah, pihaknya secara rutin, melakukan penyuntikan obat-obatan ke seluruh sapi perah anggotanya secara gratis, antara lain: antibiotik, anti demam, dan vitamin.

Upaya ini dilakukan nonstop atau tidak mengenal hari libur. Tim bergerak untuk mempercepat proses pembentukan imun tubuh sapi, yang lambat laun akan memberikan kesembuhan dari dalam tubuh sapi.

Inda menyebut, upaya yang dilakukan dirinya terhadap para anggota lambat laun berhasil. Ada sekitar 35 ekor sapi yang menuju ke kondisi sembuh dari yang sebelumnya parah. Inda meyakini kesadaran bersama para peternak untuk menghentikan sementara arus lalu lintas sapi, dan menjaga kebersihan dapat menolong.

Dua kunci utama itu harus dipatuhi oleh para peternak agar tidak mudah menyebarkan virus PMK dari satu kandang ke kandang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Mengintip Sejumlah Figur yang Akan Ramaikan Pilkada Kota Tasikmalaya

Mengintip Sejumlah Figur yang Akan Ramaikan Pilkada Kota Tasikmalaya

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pupuk Kujang Resmikan Pabrik Dry Ice dengan Investasi Rp 9,8 Miliar

Pupuk Kujang Resmikan Pabrik Dry Ice dengan Investasi Rp 9,8 Miliar

Bandung
Dishub Garut Sebut Delman 'Lenyap' Bikin Jalur Mudik Lancar

Dishub Garut Sebut Delman "Lenyap" Bikin Jalur Mudik Lancar

Bandung
Jasad Didi Dikubur di Dapur Rumahnya, Pencarian Berujung Duka

Jasad Didi Dikubur di Dapur Rumahnya, Pencarian Berujung Duka

Bandung
Lagi, Tahanan Kabur di Cianjur Ditangkap, Tinggal Seorang Buron

Lagi, Tahanan Kabur di Cianjur Ditangkap, Tinggal Seorang Buron

Bandung
Kronologi Tukang Kebun Bunuh dan Cor Jasad Didi di Bandung Barat, Sempat Bersihkan TKP Selama 7 Jam

Kronologi Tukang Kebun Bunuh dan Cor Jasad Didi di Bandung Barat, Sempat Bersihkan TKP Selama 7 Jam

Bandung
Riuh Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon, Doa untuk Dunia

Riuh Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon, Doa untuk Dunia

Bandung
Tukang Kebun yang Cor Mayat di Bandung Barat Terancam Pembunuhan Berencana

Tukang Kebun yang Cor Mayat di Bandung Barat Terancam Pembunuhan Berencana

Bandung
21.000 Penumpang Naik Kereta Cepat Whoosh di Puncak Arus Balik Lebaran

21.000 Penumpang Naik Kereta Cepat Whoosh di Puncak Arus Balik Lebaran

Bandung
Seniman AD Pirous Dimakamkan di Cibarunai Usai Pelepasan di ITB

Seniman AD Pirous Dimakamkan di Cibarunai Usai Pelepasan di ITB

Bandung
Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung Barat, Mayat Dicor dan Bawa Kabur Motor

Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung Barat, Mayat Dicor dan Bawa Kabur Motor

Bandung
Saber Pungli Tangkap 4 Juru Parkir Liar di Masjid Al Jabbar

Saber Pungli Tangkap 4 Juru Parkir Liar di Masjid Al Jabbar

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com