Erly yang telah menjadi penjual seragam di Kota Cirebon sejak 1992, atau selama 30 tahun, mengungkapkan sangat bersyukur dengan momen ini. Pasalnya, proses penjualannya sempat sangat menurun sepanjang pandemi Covid-19.
Pernah satu hari, kata Erly, dia hanya menjual satu buah peluit dengan harga Rp 2.000.
Bahkan tak jarang dia tidak mendapatkan pembeli dalam beberapa hari hingga nyaris putus asa.
Meski sangat berat, Erly bertahan dan tetap menunaikan kewajibannya membayar karyawan.
“Satu hari pernah satu peluit. Harganya Rp 2.000 saja. Itu penjualan yang sangat minim sepanjang 30 tahun jualan di sini. Tapi saya sabar dan akhirnya kembali tatap muka, dan ekonomi Indonesia kembali bangkit dan pulih,” tambah Erly.
Erly yakin, pembelajaran tatap muka dapat kembali meningkatkan kondisi ekonomi Indonesia yang sempat terganggu sepanjang pandemi Covid-19 dua tahun lalu.
Peningkatan penjualan seragam dan keperluan sekolah lainnya, sambung Erly, sudah mulai ramai sejak pekan lalu.
Warga lalu lalang ke sejumlah toko di sepanjang jalan Lawang Gada. Bahkan sejumlah toko menambah stok karena kehabisan barang lantaran banyak diburu warga.
Baca juga: Berkah Larangan Sekolah Jual Seragam, Jalan Ibu Ruswo Yogyakarta Dibanjiri Pembeli
Neni (38), salah satu orangtua murid tingkat SD membelikan seragam merah putih untuk anaknya yang duduk di kelas dua. Dia mengaku, sejumlah toko kehabisan stok seragam untuk ukuran anaknya.
“Aduh, kehabisan mas. Biasanya pakai seragam nomor 11 dan 12, yang sisa hanya nomor 9. Ya harus cari lagi, karena Senin mau masuk sekolah,” kata Neni kepada Kompas.com.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.