Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Cuaca Hangat, Ribuan Burung Raptor Bermigrasi Ribuan Kilometer Lintasi Pegunungan Sanggabuana

Kompas.com - 19/10/2022, 07:55 WIB
Farida Farhan,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

Burung sikep madu asia/Oriental Honey-Buzzard (Pernis ptilorhynchus) melintas di atas Puncak Sempur, Minggu (9/10/2022Dokumentasi Sanggabuana Wildlife Ranger/RS Burung sikep madu asia/Oriental Honey-Buzzard (Pernis ptilorhynchus) melintas di atas Puncak Sempur, Minggu (9/10/2022

"Tapi pada minggu kemaren saya minta bantuan anggota Sispala Samaru dari SMA 1 Tegalwaru untuk patroli dan melakukan penghitungan," ucap dia.

Uce menyebut tak semua raptor tersebut langsung melintas di atas Sanggabuana, sebagian ada yang bermalam untuk mencari mangsa seperti sikep madu asia.

“Salah satu makanan burung sikep madu ini adalah larva lebah madu. Jadi, setelah ada dua minggu kawasan Sanggabuana dilewati migrasi sikep madu, bisa dipastikan panenan madu hutan masyarakat akan sedikit terganggu. Mereka biasa mengacak-acak sarang lebah madu di hutan, jadi panen madu akan berkurang.” Jelas Uce.

Ahmad Zaenal Arifin, Guru Pembina Sispala Samaru melaporkan, sejak Minggu (16/10/2022) pagi anak-anak didiknya diminta membantu Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) untuk membantu penghitungan raptor yang melintas.

Hasilnya ada tiga jenis raptor migran yang melintas. Ada sikep madu asia, alap-alap china dan alap-alap nipon. Total penghitungan dari pagi sampai sore ada 302 ekor yang melintas dari arah barat menuju ke arah Purwakarta, menyeberang Waduk Jatiluhur.

"Ini bagus untuk edukasi mereka sebagai anggota Sispala, langsung di lapangan melihat fenomena migrasi raptor,” kata Ahmad.

Potensi Wisata Ornitologis

Uum Maksum Administratur Perum Perhutani KPH Purwakarta mananggapi positif kabar migrasi tiga jenis raptor di Sanggabuana. Sanggabuana diketahui sebagai kawasan hutan produksi terbatas (HPT) yang dikelola oleh Perhutani.

Menurut Uum, dengan melintasnya ribuan raptor dari Siberia, China, dan Jepang yang sebagian menginap di Sanggabuana ini bisa menjadi indikator ekologi. Sebab, mereka butuh makan, dari serangga, reptil, burung-burung kecil dan tupai-tupaian.

"Semua ini masih tersedia di Sanggabuana. Jika hutannya tidak terjaga, ekosistemnya tidak baik tentu mereka tidak akan melintas dan mampir," kata Uum saat dihubungi.

Menurut Uum, selain sebagai indikator ekologi, dengan adanya migrasi raptor di Sanggabuana, harusnya dilihat sebagai sebuah potensi wisata dan konservasi, yakni obyek wisata ornitologis yang bermanfaat bagi pelestarian burung.

Sebagai catatan, Puncak Sempur merupakan obyek wisata alam yang masuk dan dikelola oleh Perum Perhutani bersama masyarakat.

“Bisa dibikin event tahunan dalam bentuk festival raptor migran dengan melibatkan masyarakat, para fotografer satwa, dan juga peneliti ornitologi. Jadi wisata sekaligus pengumpulan data, yang bermanfaat untuk pengambilan kebijakan dalam upaya konservasi," ujar Uum.

Senada dengan Uum, Bernard yang juga Dewan Pembina di Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) sepakat untuk menjadikan fenomena migrasi raptor di Sanggabuana ini sebagai indikator ekologis dan harus diperhatikan.

Selama ini, kata Bernard, di Pulau Jawa yang sudah terkenal sebagai spot pengamatan burung migran adalah Bukit Paralayang di Bogor dan Gunung Batu. Namun ternyata di Sanggabuana ternyata juga potensial, dan layak untuk dibuat event. Misalnya festival yang melibatkan banyak pihak, yang diselingi dengan hiburan edukatif.

Baca juga: Sambut Migrasi Burung, Gorontalo Gelar Festival Burung Migran

Tujuan utamanya, tambah Bernard, selain untuk edukasi juga untuk kepentingan pendataan untuk mencegah perburuan liar. Sebab, di beberapa tempat, ketika musim migrasi dengan ratusan burung akan menjadi target perburuan.

"Dengan adanya keterlibatan masyarakat maka perburuan bisa dicegah, karena ada manfaat ekonomi yang lebih besar selain dari memburu raptor migran ini," ujarnya.

Menurut Bernard, sebenarnya migrasi para raptor ini sudah terdeteksi sejak tahun 2021 kemarin. Ia menduga tiap tahun para burung migran ini melewati Sanggabuana. Hanya saja tidak teridentifikasi. Raptor migran ini baru kedapatan saat para ranger menerima peneliti primata dari Yayasan Kiara di Sanggabuana.

"Tahun ini sebenarnya kami punya rencana untuk mengadakan festival burung migran di Sanggabuana. Tapi sementara karena semua Ranger masih sibuk melakukan pendataan keanekaragamanhayati Sanggabuana di hutan dan membuat pra kajian, jadi ditunda tahun depan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Bandung
Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Bandung
Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat 'Game Online', Pria asal Sumut Ditangkap

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat "Game Online", Pria asal Sumut Ditangkap

Bandung
Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Bandung
Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Berawal dari Notifikasi 'Sayang', Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Berawal dari Notifikasi "Sayang", Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com