Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPS Tasikmalaya: Solusi Tekan Pengangguran, Didik Pelajar dan Mahasiswa Usaha Online

Kompas.com - 10/11/2022, 15:41 WIB
Irwan Nugraha,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mencatat jumlah pengangguran di wilayahnya terus menurun selama tiga tahun terakhir, dari 7,99 persen pada 2019 menjadi 6,62 persen pada tahun 2022.

Kondisi ini menunjukkan daerah ini sektor ekonominya mampu bangkit dari Pandemi Covid-19 dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh seluruh instansi lintas sektoral.

Salah satunya, upaya mendidik pelajar dan mahasiswa aktif untuk berwirausaha dengan peluang usaha online. Bekal ini diharapkan akan membantu mereka menjadi pengusaha, bukan sebagai pengangguran saat lulus pendidikan.

Baca juga: Tingkat Pengangguran di Jawa Barat Capai 2,13 Juta Orang, Tertinggi Kota Bogor

"TPT (Tingkat Penangguran Terbuka) Kota Tasikmalaya semakin bagus. Yang semula tahun 2020 angkanya 7,99 persen, kemudian tahun 2021 turun jadi 7,66 persen dan tahun 2022 turun lagi jadi 6,62 persen. Artinya, Kota Tasikmalaya sudah bangkit dari efek pandemi," jelas Kepala BPS Kota Tasikmalaya, Bambang Pamungkas, kepada Kompas.com lewat telepon, Kamis (10/11/2022).

Bambang menjelaskan, angka pengangguran di setiap daerah tak mungkin nol persen karena setiap tahunnya lulusan sekolah atau perguruan tinggi akan selalu ada.

Sehingga saat pelajar dan mahasiswa yang lulus dan belum memiliki pekerjaan akan disebut sebagai pengangguran.

"Kota tasikmalaya (angka TPT) masih bagus, karena kelasnya Amerika saja 6 persen kok. Jadi, no problem (kalau Jabar tertinggi). Karena pengangguran itu susah dihindari tak mungkin nol. Saat mereka (pelajar dan mahasiswa) masih sekolah, masih kuliah, mereka belum dihitung sebagai pengangguran. Tapi, ketika mereka sudah lulus sekolah, kuliah dan tak punya pekerjaan, itu mereka pengangguran. Sedangkan tiap tahun ada yang lulus," tambah Bambang.

Salah satu solusinya, lanjut Bambang, mendidik pelajar dan mahasiswa untuk berwirausaha sambil mengenyam pendidikan.

Sehingga, saat mereka lulus tak akan susah payah mencari pekerjaan dan sudah punya penghasilan.

Hal itu, membuat angka pengangguran di Kota Tasikmalaya akan semakin berkurang dan sektor perekonomian masyarakat akan semakin maju.

"Gini salah satunya (solusi), didik mereka (pelajar dan mahasiswa) bermental wiraswasta, didik mereka jadi pengusaha bukan didik mereka jadi pekerja, kan berbeda. Kalau pengennya jadi pekerja, ya mereka pas lulus cari pekerjaan. Tapi kalau mereka jiwanya pengusaha, ketika mereka masih sekolah, kuliah, ya mereka lakukan apa? Saya sudah punya pekerjaan, jadi pas saya lulus saya tinggal lanjutkan pekerjaan saya. Itu ketika dia lulus dia gak akan menambah angka pengangguran," ungkapnya.

Saat ini, tambah Bambang, setiap orang bekerja dan bukan pengangguran itu bukan hanya dilihat sebagai pekerja konvensiaonal seperti di suatu perusahaan atau lembaga pemerintahan.

"Sektor usaha online pun masuk dalam kategori warga bukan sebagai pengangguran. Online shop, pengaruh atau tidak? Sangat ngaruh, kita bilang pekerja itu tak harus pekerja offline, bekerja online itu sebenarnya bekerja. Karena pekerja itu konsepnya mereka yang berusaha mendapatkan penghasilan dan menanggung risiko itu namanya mereka yang sedang bekerja. Nah itu, kita (BPS) gak lihat itu (pekerja) offline atau online. Jadi walaupun dia online justru bagus, itu mereka gak jadi pengangguran, dan kita (data TPT BPS) akan aman, salahsatunya dengan kayak gitu," terang Bambang.

BPS pun meminta saat ini paling penting adalah mengedukasi masyarakat supaya tak terus mengira kalau jadi pegawai berarti bukan pengangguran.

Terus jangan berpikir angka TPT di Jabar tertinggi sekarang di Indonesia itu membuat lapangan kerja tertutup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com