KOMPAS.com - Masyarakat mengenal upacara adat Nyangku sebagai sebuah bentuk warisan budaya tak benda di tingkat nasional dari Kabupaten Ciamis.
Upacara adat Nyangku adalah rangkaian prosesi adat penyucian benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan Para Raja serta Bupati Panjalu di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Baca juga: Mengenal Banten, Sesajen yang Menjadi Upakara dalam Upacara Adat Bali
Benda-benda pusaka tersebut antara lain Pedang Zulfikar, Cis, Keris Komando, Keris, Pancaworo, Bangreng, Goong kecil, Kujang, Trisula dan beberapa pusaka lain yang tersimpan di Pasucian “Bumi Alit”.
Pelaksanaan upacara adat ini bukanlah hal yang baru karena tradisi ini telah ada sejak zaman Kerajaan Panjalu.
Baca juga: 6 Upacara Adat Jawa Barat: Tujuan dan Cara Pelaksanaan
Upacara adat Nyangku masih digelar tiap tahun di hari Senin atau hari Kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal) sebagai bentuk penghormatan pada leluhur atau Raja Panjalu.
Baca juga: Tedak Siten, Upacara Adat Jawa Tengah, Tujuan, Latar Belakang, dan Prosesi
Nama tradisi ini berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu “yanko“ yang artinya membersihkan, yang kemudian dilafalkan oleh masyarakat Sunda sebagai “nyangku”.
Dalam bahasa Sunda, Nyangku adalah singkatan dari “nyaangan laku” yang artinya menerangi perilaku.
Tradisi Nyangku konon telah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan Prabu Sanghyang Borosngora.
Semasa memerintah, Prabu Sanghyang Borosngora menjadikan prosesi adat Nyangku sebagai salah satu media syiar agama Islam bagi rakyat di Kerajaan Panjalu dan sekitarnya.
Selanjutnya Nyangku menjadi adat istiadat dan kebudayaan yang khas dari Panjalu yang tetap dilestarikan hingga saat ini.
Maksud dari upacara adat Nyangku adalah untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan keturunannya.
Masyarakat Panjalu percaya bahwa di samping melestarikan tradisi warisan leluhur, di balik upacara adat tersebut terdapat nilai-nilai yang baik bagi kehidupan mereka.
Dengan membersihkan benda pusaka tersebut, dianggap sebagai penghormatan terhadap leluhur Panjalu yang telah menyebarkan agama Islam sekaligus sebagai simbol membersihkan diri.
Lebih lanjut, pelaksanaan upacara adat Nyangku menjadi waktu untuk berpikir dan mengevaluasi diri dengan cara mengkritisi diri sendiri, dan mengakui perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma adat dan norma agama,
Selain itu, upacara adat Nyangku menjadi salah satu upaya agar keturunan Panjalu dapat menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.