Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawanan Monyet Ekor Panjang Turun ke Permukiman di Bandung, BBKSDA: Dia Mencari Makan

Kompas.com, 13 Desember 2022, 13:53 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Dugaan sumber makanan bagi monyet ekor panjang ini berkurang bukan tanpa alasan. Halu melihat, kawanan monyet tersebut datang sebanyak dua kali yakni  sejak pukul 10.00 WIB dan datang kembali pada pukul 13.00 WIB.

"Kemungkinan itu  aktivitas dia mencari makan. Nanti tinggal dilihat di sana apakah ada perlakuan-perlakuan yang memancing satwa tersebut untuk datang kesitu," ungkap dia.

Halu juga menanggapi soal kawanan monyet ekor panjang yang datang secara tiba-tiba dan agresif.

Menurutnya, setiap satwa liar pasti memliki insting bertahan masing-masing. Hal itu juga dimiliki oleh monyet ekor panjang.

Monyet jenis tersebut akan sangat agresif manakala wilayah teritorialnya terganggu.

"Monyet makaka atau monyet ekor panjang itu, misalnya ada manusia mencoba mengambil anaknya. Itu monyet akan nyerang, sama dengan manusia," tambah dia.

Perubahan Perilaku

Terkait kawanan monyet ekor panjang yang datang dan mencuri makanan milik warga seperti tahu iIsi, pepaya, hingga lainnya, bisa terjadi lantaran adanya perubahan perilaku. 

Ia memaparkan, jika terjadi penjarahan oleh sekolompok hewan liar, termasuk jenis monyet ekor panjang, patut diduga ada kebiasaan yang mengubah perilaku monyet.

"Apakah dia suka diberi makanan, istilahnya kalau di hutan liar monyet itu tidak akan turun dan tidak akan mengganggu. Tapi ketika ada perilaku masyarakat atau mencoba mengubah dengan memancing memberikan makanan, itu akan mengubah perilaku si monyet itu secara tidak sadar. Sehingga mungkin dia merasa nyaman dengan cara begini, makanya dia akhirnya mencari makanan dengan cara begitu," tuturnya.

Agar dapat dipastikan bahwa kawanan monyet tersebut memiliki perubahan perilaku, harus dilakukan pengecekan lokasi dan kondisi monyet tersebut.

Selain itu, perubahan perilaku tersebut juga bisa didasarkan pada peta konflik antara hewan liar dan manusia.

Halu mengungkapkan, tak menutup kemungkinan bila habitat asli kawanan monyet ekor panjang tersebut sudah ada aktivitas manusia.

Biasanya, hewan liar pasti tertarik dengan aktivitas manusia yang berdekatan dengan habitat asli hewan liar.

"Contohnya menanam tanaman yang menarik satwa tersebut, maka satwa tersebut keluar. Dia kan tidak tahu apakah kawasannya, tahunya kan ada hal-hal yang membuat dia menggapai makanan tersebut," tambahnya.

Dikaitkan dengan Bencana

Halu menyangkal, jika kawanan monyet ekor panjang tersebut datang dan turun ke pemukiman warga karena adanya isu bencana alam, seperti pergerakan sesar lembang atau sesar Cileunyi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau