Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Rekam Jejak Wowon, Pembunuh Berantai Bekasi dan Cianjur yang Hilangkan 9 Nyawa

Kompas.com, 20 Januari 2023, 15:16 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

Ketua RT 001 RW 002 Kampung Babakan Mande Sunaryo menyampaikan, warga kaget dan tak menyangka bahwa Wowon dan Solihin, yang selama ini dikenal baik, ternyata merupakan komplotan pembunuh berantai.

Sunaryo mengaku juga mengenal Wowon dan Solihin, meskipun keduanya jarang pulang. Sepengetahuan Sunaryo, Wowon bekerja di pabrik beras, sedangkan Solihin berjualan es cincau di Bekasi.

"Sebulan itu paling dua hari di sini, pulang kampung. Bergaul juga, makanya warga tidak menyangka saja dengan kejadian ini," bebernya, Kamis.

Ia menjelaskan, Wowon dan Solihin memiliki ikatan kekerabatan. Solihin merupakan paman dari salah satu istri Wowon.

"Sejak 2005 sudah menetap di sini (Wowon), tapi bukan warga sini, katanya dari Cimahi, kalau istrinya yang ini memang asli sini," paparnya.

Baca juga: BERITA FOTO: Lokasi Penemuan 5 Jenazah Korban Pembunuhan Berantai Wowon Cs di Cianjur

Terkuaknya kasus pembunuhan berantai di Bekasi, Cianjur, dan Garut

Kasus pembunuhan berantai ini terkuak usai polisi menyelidiki tewasnya tiga anggota keluarga di Bantargebang, Bekasi, yakni Ai Maimunah, Ridwan Abdul Muiz (23), dan Muhammad Riswandi (17). Ridwan dan Riswandi merupakan anak hasil pernikahan Ai Maimunah dengan mantan suami pertamanya.

Dari pengembangan kasus tersebut, polisi mendapati bahwa pelaku juga melakukan aksi serupa di daerah lain.

Pada Kamis (19/1/2023), polisi menemukan empat korban pembunuhan berantai di Cianjur. Keempat korban itu dikubur dalam tiga liang. Saat ditemukan, jasad korban telah menjadi kerangka.

Lubang pertama berisi kerangka anak kecil, diduga berinisial B (2). Lubang kedua berisi dua korban yang diduga atas nama Noneng dan Wiwid. Lalu, korban di lubang ketiga diduga bernama Farida.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengungkapkan, keempat korban itu ada yang sudah meninggal lebih dari dua tahun dan ada yang baru dua bulan.

Untuk mengungkap identitas keempat korban tersebut, polisi akan melakukan serangkaian proses, antara lain identifikasi primer dan pemeriksaan DNA.

Korban pembunuhan berantai juga terdapat di Garut. Sementara itu, satu korban lainnya masih dalam pencarian.

"Di TKP Cianjur ada empat kerangka. Kemudian ada pengakuan tersangka, satu kerangka lain dalam pencarian. Di Garut, ada satu orang dikubur setelah sebelumnya dibuang ke laut," ujar Fadil di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Kamis, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Baca juga: Wowon, Salah Satu Tersangka Pembunuhan Berantai Bekasi-Cianjur, Disebut sebagai Sosok yang Biasa Saja, Istri: Tidak Ada yang Aneh

Apa alasan Wowon dkk melakukan pembunuhan berantai?

Lubang tempat ditemukan dua korban dalam halaman rumah Solihin di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Solihin merupakan salah satu tersangka pembunuhan beruntun di Garut, Bekasi, dan Cianjur.KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Lubang tempat ditemukan dua korban dalam halaman rumah Solihin di Kampung Babakan Mande, Desa Gunungsari, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Solihin merupakan salah satu tersangka pembunuhan beruntun di Garut, Bekasi, dan Cianjur.

Fadil memaparkan, pembunuhan di Bekasi dan Cianjur memiliki keterkaitan.

Kasus pembunuhan berantai di Cianjur dilatarbelakangi keinginan pelaku untuk menguras harta korban. Lewat janji-janjinya, para tersangka mengaku bisa membuat orang lain kaya lewat metode supranatural.

"Awalnya penipuan, janji dan motivasi kesuksesan hidup. Setelah korban serahkan harta, lalu 'dihilangkan'," ungkapnya.

"Dullah atau Solihin dan Aki alias Wowon, menarasikan diri mereka mampu meningkatkan kekayaan. Aki cari korban. Setelah dapat korban, diambil uangnya. Ketika enggak berhasil dan korban menagih janji, Aki lapor ke Dullah, Dullah eksekusi dengan kasih minum racun," imbuh Fadil.

Kemudian, soal pembunuhan di Bantargebang, tersangka membunuh keluarganya sendiri karena dianggap membahayakan. Tersangka takut tindak pidana sebelumnya terbongkar.

"Keluarga dekat dianggap berbahaya karena mereka tahu pelaku ini membunuh korban-korbannya yang lain," ucapnya.

Polisi, terang Fadil, kini masih menyelidiki kasus pembunuhan berantai ini. Petugas juga sedang mencari tahu apakah ada korban lain selain sembilan orang yang telah diungkap.

Baca juga: Wowon, Pembunuh Berantai Bekasi, Kubur Mantan Istri dan Mertua di Halaman Rumah

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman; Joy Andre | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Jessi Carina, Abdul Haris Maulana)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul 2 Jenazah yang Ditemukan Polisi di Pekarangan Rumah di Cianjur Diduga Mantan Istri dan Mertua Wowon; dan Pejalanan Wowon, Eksekutor Pembunuhan Berantai, Habisi Dua Istri, Mertua, dan Anak-anak di Cianjur

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Eks Aktivis Beberkan Cara NII Gaet Pelajar Sampai Mahasiswa
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau