Padahal, kata Euis, perawat bisa memberikan pertolongan dulu dan memastikan kondisi pasien.
"Tapi malah tetap dicuekin. Saat itu, saya minta tolonglah kepada para perawat cek dulu kesehatan pasien jauh-jauh saya bawa dari Tanjungsiang ke Subang hanya mendapat omongan rumah sakit penuh, bukannya diperiksa," ungkap Euis.
Kecewa campur bingung, Bidan Euis berbicara dengan keluarga pasien untuk membawa Kurnaesih ke rumah sakit di Bandung.
"Namun, tak menyangka, di tengah perjalanan pasien muntah lagi dan akhirnya pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit," ucap dia. Selain pasien, bayi dalam kandungan juga dinyatakan meninggal dunia.
"Jujur saya merasa malu sekaligus kecewa kita sama-sama berprofesi tenaga kesehatan, cobalah bekerja yang baik dan profesional, karena pekerjaan kita sama-sama menyelamatkan nyawa manusia," ucap Euis bernada kesal.
Terkait kematian Kurnaesih, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Subang, Jawa Barat, Maxi, meminta maaf dan menyampaikan belasungkawa.
"Terkait kematian ibu dan bayinya di Tanjungsiang, saya secara pribadi maupun atas nama Dinas Kesehatan menyampaikan rasa berbelasungkawa dan keprihatinan yang dalam," kata Maxi melalui pesan singkat, Senin (6/3/2023)
Maxi juga meminta maaf atas pelayanan yang belum optimal dan sesuai dengan ekspetasi masyarakat.
Maxi menduga ada miskomunikasi keadaan yang serba darurat saat kejadian.
Maxi menyebut tidak ada niat mencelakakan atau menolak pasien karena saat itu memang kondisi ICU sedang penuh.
Baca juga: Ibu Hamil Meninggal karena Diduga Terlambat Dilayani, Sempat ke 7 Rumah Sakit
"Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting dan berharga untuk mawas diri bagi seluruh pelayanan kesehatan agar mengutamakan profesionalisme, yang berempati dan nilai kemanusiaan," kata dia.
Maxi juga menjelaskan, kondisi pasien bernama Kurnaesih tersebut mengalami pecah ketuban hingga menyebabkan muntah darah.
"Pasien yang kita tangani dan akan lahiran ini, adalah pasien yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Pasien sedang mengalami ketuban pecah, kemudian mutah darah," jelas dia.
Terkait kondisi pecah ketuban hingga pasien muntah darah tersebut, bisa jadi ini ada kaitannya dengan riwayat dua hari sebelumnya. Pasien ini sempat dilakukan pemijatan atau diurut perutnya.
Baca juga: Diduga Terjatuh dari Kapal, ABK KM Samudra Hilang di Perairan Patimban Subang
"Dipijat perutnya oleh paraji (tukang urut orang hamil), sehingga bagi kami kalangan medis sangat mencurigai bahwa ini telah terjadi pelepasan plasenta yang sifatnya parsial sehingga kalau saya hitung dari mulai jam 16.30 sampai waktu meninggalnya itu sekitar jam 11.00 itu memakan waktu sekitar hampir enam atau tujuh jam," tuturnya.
Dia mengatakan, kasus ini akan menjadi pelajaran yang tak terlupakan bagi tenaga kesehatan Subang.
"Pihak Dinkes dan RSUD Subang sudah bertemu dengan pihak Puskesmas Tanjungsiang yang didampingi anggota DPRD. Kita sepakat mengambil pelajaran dari kasus ini. Kita manusia banyak kekurangannya tapi yang terpenting bagaimana kita memperbaiki ke depannya, khususnya dalam hal memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat," ujarnya
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis Farida Farhan | Editor : David Oliver Purba), TribunJabar.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.