Gua Safarwadi merupakan tempat Syekh Abdul Muhyi melakukan khalwat (menarik diri dari keramaian untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT) dilakukan di dalam gua tersebut.
Pada saat itu, dia membangun kegiatan pengajian dalam bentuk pengajian pesantren mengunakan kitab-kitab kuning agama.
Sering disebutkan, pembangunan pesantren di wilayah tersebut untuk pertama kalinya dilakukan oleh Syekh Abdul Muhyi.
Gua Safarwadi memiliki sebuah lokasi yang disebut Blok Pesantren. Wilayah dengan batu-bbatu yang membentuk rak buku untuk menyimpan Al Quran, kitab-kitab, dan buku lainnya.
Baca juga: Makam Syaikhona Kholil Bangkalan: Daya Tarik, Jam Buka, dan Harga Tiket
Syekh Abdul Muhyi merupakan waliyullah yang dihormati masyarakat pesantren.
Abdul Muhyi dilahirkan pada tahun 1650 M di Mataram. Di sini, Mataram ada yang menyebut Lombok dan ada yang menyebut Kerajaan Mataram Islam.
Ayahnya bernama Sembah Lebe Wartakusumah, seorang bangswan Sunda keturunan Raja Galuh Pajajaran. Pada saat itu, kerajaan tersebut merupakan bagian Kerajaan Mataram Jawa.
Ibunya bernama Raden Ajeng Tangan Ziah, seorang keturunan bangsawan Mataram yang berjalur hingga Syaikh Ainui Yaqin (Sunan Giri).
Pada usia 19 Tahun, Abdul Muhyi merantau ke Mekkah, sebelumnya singgah di Aceh.
Di kota berjuluk Serambi Mekkah tersebut, Abdul Muhyi mempelajari berbagai keilmuan di Aceh. Dia kemudian baru bertolak ke Mekkah dan berkesempatan menjalankan ibadah haji, baru kembali ke Tanah Air.
Sekembalinya dari Mekkah, Abdul Muhyi menuju Ampel Denta pada tahun 1678. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ijazah agar dapat menjadi mursyid tarekat Syathariyah dari gurunya.
Sekembalinya dari Ampel Denta, ayahnya menikahkan dengan putri yang bernama Ayu Bekta.
Setelah menikah Abdul Muhyi bersama orang tuanya pindah ke Jawa Barat untuk menyebarkan agama Islam.
Abdul Muhyi meninnggal dunia pada tahun 1730 M atau 1151 H dalam usia 80 tahun.
Syekh Abdul Muhyi dimakamkan di Pamijahan, Bantar kalong, Tasikmalaya bagian selatan, Jawa Barat.