CIANJUR, KOMPAS.com - Kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sejak lima bulan terakhir semakin dirasakan dampaknya oleh masyarakat.
Warga bahkan mengalami kesulitan air bersih sebagaimana yang dirasakan Najib Ali (43) seorang warga di Kecamatan Cibeber, Cianjur.
Najib mengaku, sejak sebulan terakhir terpaksa membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK).
"Sehari bisa sampai beli 10 galon. Kadang itu tidak cukup untuk semua kebutuhan," kata Najib saat dihubungi Kompas.com, Selasa (10/10/2023).
Baca juga: Kekeringan di Cianjur Picu Instabilitas Harga Beras
Najib dan empat anggota keluarganya terpaksa berhemat air. Mereka tidak bisa lagi mandi setiap waktu, dan mulai membatasi penggunaan pakaian dan perkakas rumah tangga.
"Saya sampai harus muter-muter cari tempat untuk BAB (buang air besar) karena air di rumah sedang tidak ada. Akhirnya dapat numpang di WC pom bensin (SPBU), itu pun harus naik motor dulu 20 menit," ujar Najib sembari berseloroh.
Tidak hanya menumpang buang hajat di tempat lain, warga Kampung Pesanggrahan, Desa Cimanggu, Cibeber ini juga terpaksa mandi di tempat kerja.
"Sudah hampir sebulan kondisi seperti ini, karena sumber-sumber air di lingkungan tempat tinggal sudah kering kerontang," kata dia.
Najib mengatakan, krisis air bersih tak hanya dirasakan olehnya, melainkan hampir semua warga.
Baca juga: Terdampak Kekeringan, Ratusan Hektar Tanaman Padi di Jombang Terancam Gagal Panen
Untuk mensiasatinya, sebagian warga menggali tanah di pinggiran sungai dan sawah untuk mencari sumber air baru.
“Sangat prihatin, apalagi kalau malam hari warga sampai ada yang gali sawah untuk buang air besar, saking tidak ada air sama sekali,” ujar Najib.
“Krisis air bersih tahun ini dirasakan paling ekstrem dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya.
Warga lainnya, Taufik Winata (50) yang tinggal di Kampung Cisalak Hilir, Desa Cisalak, Cibeber juga mengalami hal serupa.
Taufik harus rela mengantri bersama warga lain untuk mendapatkan air dari sumur bor yang masih tersisa air.
“Tapi karena setiap hari terus-terusan dipakai, kondisi airnya sekarang sudah keruh,” kata dia.
Baca juga: Buruh Tani Cianjur Ditemukan Tewas di Lahan Terbakar
Karena itu, Taufik memilih menggali kembali sumur di rumahnya yang sempat mengering dan terjadi pendangkalan.
“Diperdalam lagi sekitar semeteran. Lumayan keluar airnya meskipun tidak banyak,” ucapnya.
Taufik menyebutkan, sumber-sumber air di lingkungannya sudah mengering sejak tiga bulan terakhir.
“Biasanya kalau kondisi kemarau seperti sekarang warga masih bisa pakai Kali Cisalak, tapi sekarang kondisinya juga sama, sudah kering kerontang, tak ada airnya sama sekali," terang dia,
Dengan kondisi krisis air seperti ini, Taufik dan kelima anggota keluarganya pun dituntut berhemat.
“Saya jadi jarang mandi, ini. Orang-orang di rumah juga terpaksa dijatah hanya seember," ujar Taufik sembari berseloroh.
Baca juga: Polemik Umrah Berjemaah Pejabat Cianjur yang Berujung Dugaan Gratifikasi
Sebelumnya, Bupati Cianjur, Herman Suherman mengatakan, bencana kekeringan semakin meluas dan merata di hampir semua wilayah.
Dampak dari kemarau panjang ini, sebagian warga mengalami kesulitan air bersih.
Herman mengatakan, telah membuka tiga posko untuk distribusi air bersih yang dipusatkan di sekterariat PMI Cianjur, kantor BPBD dan Perumdam Tirta Mukti.
Namun, pihaknya tidak menampik jika penyaluran air bersih ke kantong-kantong kekeringan selama ini terkendala jumlah armada.
Karena itu, pemerintah daerah telah melayangkan permohonan bantuan mobil tangki air ke BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.