Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Sayangkan Kesadaran soal Sampah Baru Muncul Saat Masalahnya Viral

Kompas.com - 12/10/2023, 09:07 WIB
Candra Nugraha,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dedi Mulyadi menilai, permasalahan sampah merupakan akumulasi dari sikap hidup warga.

Selain itu, akibat ketidakpekaan pemerintah.

"Sampah itu dimulai dari kebiasaan membuang. Kalau ada sampah di laut berarti itu kan membuang sampah ke sungai, dari sungai terbawa arus ke laut dan itu terjadi di mana-mana. Seperti nyaris tanpa pencegahan," kata Dedi saat ditemui di sela bersih-bersih pantai di Pelabuhan Cikidang, Kabupaten Pangandaran, Rabu (11/10/2023).

Baca juga: Duduk Perkara Pasutri Adang Truk Sampah di Bogor, Didemo Warga dan Bantah karena Gagal Jadi Ketua RT

Kesadaran masyarakat terkait sampah hanya muncul saat permasalahan itu viral.

"Kalau sampah viral baru ribut. Kalau sampah tidak viral ya tidak ribut. Saya mengucapkan terima kasih dong selama ini (kepada yang memviralkan)," jelas Dedi.

Persoalan lingkungan, menurut Dedi, jarang viral. Beda dengan persoalan isu sensitif lainnya.

"Pokoknya sekarang kalau ada sampah viralin deh, biar orang merasa malu untuk segera membersihkan," jelasnya.

Solusi untuk mengatasi sampah, lanjut dia, jaringan pemerintah itu ada sampai tingkat desa, yakni ada RT ada RW.

Baca juga: Sampah yang Tak Dikelola Bikin TPA Jadi Overload

 

Hal ini, kata dia, harus segera diintegrasikan dan dikoordinasikan oleh para bupati dan wali kota.

"Buatlah kebijakan yang memberikan perlindungan kepada sungai, agar sampah tak dibuang lagi ke sungai," jelasnya.

 

Selain itu, tambah Dedi, dari sisi petugas kebersihan. Saat ini kebanyakan petugas kebersihan ada di kota, dekat kantor pemerintah, di trotoar, dan pasar.

"Pertanyaan saya, ada enggak petugas kebersihan yang digaji pemerintah kemudian bertugas membersihkan pantai saya cek, sepengetahuan saya itu tidak ada," kata Dedi.

Oleh karenanya, ke depan setiap kabupaten dan kota yang memiliki garis pantai harus membuat kebijakan untuk mengangkat pegawai harian lepas.

"Kalau sekarang ada PPPK, pokoknya mengangkat pegawai yang bertugas memungut sampah, membersihkan sampah di pantai setiap hari," kata Dedi.

Baca juga: Diminta Pensiun karena Dianggap ODGJ, Guru di Tasikmalaya Mengadu ke Dedi Mulyadi

Saat ini, lanjut dia, membersihkan pantai hanya dilakukan oleh orang yang punya kesadaran saja.

Dedi mencontohkan, di Nusa Tenggara Barat (NTB), ada orang asing yang tiap hari mungut sampah.

"Nah ini harus dibuat kebijakan itu. Tanpa kebijakan itu dibuat, kita tunggu bicara kesadaran warga, kita nunggu persoalan penindakan, ya lama. Keburu sampahnya menumpuk," katanya.

Kalau ada sampah menumpuk di pantai, lanjut Dedi, itu berarti ada pembiaran yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

"Kapan sih dibersihkan, ya kalau viral. Itu aja. Jadi kesadaran kita ini adalah kesadaran viral. Kalau sampah viral baru ribut," ucapnya.

Baca juga: Pemkab Purwakarta Diminta Gratiskan Taman Air Mancur Sri Baduga, Dedi Mulyadi: Tetap Untung Kok

Diminta tanggapan ihwal kebersihan Pantai Pangandaran, Dedi mengatakan, pantai ini tidak terlalu kotor.

"Pangandaran bersih karena di sini ada Nyi Ratunya. Jadi orang takut," kata Dedi sembari tertawa. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Kondisi Bocah yang Depresi Ponselnya Dijual Sang Ibu, Rutin Minum Obat dan Dibelikan HP Baru

Kondisi Bocah yang Depresi Ponselnya Dijual Sang Ibu, Rutin Minum Obat dan Dibelikan HP Baru

Bandung
Menangis, Ayah Pacar Vina: Jangan Buat Kami Lebih Sakit

Menangis, Ayah Pacar Vina: Jangan Buat Kami Lebih Sakit

Bandung
Ayah Pacar Vina Muncul Beri Penjelasan, Sebut 8 Tahun Berusaha Tangkap Para Pembunuh

Ayah Pacar Vina Muncul Beri Penjelasan, Sebut 8 Tahun Berusaha Tangkap Para Pembunuh

Bandung
Bencana Tanah Longsor di Bandung Barat Butuh Percepatan Penanganan

Bencana Tanah Longsor di Bandung Barat Butuh Percepatan Penanganan

Bandung
Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Bandung
3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Bandung
Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Bandung
Bima Arya 'Menjemput Takdir' di Kantor DPD Golkar Jabar

Bima Arya "Menjemput Takdir" di Kantor DPD Golkar Jabar

Bandung
Cerita Bocah 13 di Cirebon Depresi, Ponsel Hasil Menabung Dijual Sang Ibu untuk Makan Sehari-hari

Cerita Bocah 13 di Cirebon Depresi, Ponsel Hasil Menabung Dijual Sang Ibu untuk Makan Sehari-hari

Bandung
Usai Kecelakaan Maut Subang, Dishub Minta Sekolah di Bandung Bersurat Sebelum 'Study Tour'

Usai Kecelakaan Maut Subang, Dishub Minta Sekolah di Bandung Bersurat Sebelum "Study Tour"

Bandung
Kronologi Siswi SMA Terseret Angkot di Bandung, Alami Luka di Bagian Wajah

Kronologi Siswi SMA Terseret Angkot di Bandung, Alami Luka di Bagian Wajah

Bandung
Tiket Semifinal Persib vs Bali United 'Sold Out', Polisi Bersuara

Tiket Semifinal Persib vs Bali United "Sold Out", Polisi Bersuara

Bandung
8 Pembunuh Vina Sempat Cabut Keterangan di Polda Jabar,  Polisi Dalami Alasannya

8 Pembunuh Vina Sempat Cabut Keterangan di Polda Jabar, Polisi Dalami Alasannya

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com