PANGANDARAN, KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dedi Mulyadi menilai, permasalahan sampah merupakan akumulasi dari sikap hidup warga.
Selain itu, akibat ketidakpekaan pemerintah.
"Sampah itu dimulai dari kebiasaan membuang. Kalau ada sampah di laut berarti itu kan membuang sampah ke sungai, dari sungai terbawa arus ke laut dan itu terjadi di mana-mana. Seperti nyaris tanpa pencegahan," kata Dedi saat ditemui di sela bersih-bersih pantai di Pelabuhan Cikidang, Kabupaten Pangandaran, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Duduk Perkara Pasutri Adang Truk Sampah di Bogor, Didemo Warga dan Bantah karena Gagal Jadi Ketua RT
Kesadaran masyarakat terkait sampah hanya muncul saat permasalahan itu viral.
"Kalau sampah viral baru ribut. Kalau sampah tidak viral ya tidak ribut. Saya mengucapkan terima kasih dong selama ini (kepada yang memviralkan)," jelas Dedi.
Persoalan lingkungan, menurut Dedi, jarang viral. Beda dengan persoalan isu sensitif lainnya.
"Pokoknya sekarang kalau ada sampah viralin deh, biar orang merasa malu untuk segera membersihkan," jelasnya.
Solusi untuk mengatasi sampah, lanjut dia, jaringan pemerintah itu ada sampai tingkat desa, yakni ada RT ada RW.
Baca juga: Sampah yang Tak Dikelola Bikin TPA Jadi Overload
Hal ini, kata dia, harus segera diintegrasikan dan dikoordinasikan oleh para bupati dan wali kota.
"Buatlah kebijakan yang memberikan perlindungan kepada sungai, agar sampah tak dibuang lagi ke sungai," jelasnya.
Selain itu, tambah Dedi, dari sisi petugas kebersihan. Saat ini kebanyakan petugas kebersihan ada di kota, dekat kantor pemerintah, di trotoar, dan pasar.
"Pertanyaan saya, ada enggak petugas kebersihan yang digaji pemerintah kemudian bertugas membersihkan pantai saya cek, sepengetahuan saya itu tidak ada," kata Dedi.
Oleh karenanya, ke depan setiap kabupaten dan kota yang memiliki garis pantai harus membuat kebijakan untuk mengangkat pegawai harian lepas.
"Kalau sekarang ada PPPK, pokoknya mengangkat pegawai yang bertugas memungut sampah, membersihkan sampah di pantai setiap hari," kata Dedi.
Baca juga: Diminta Pensiun karena Dianggap ODGJ, Guru di Tasikmalaya Mengadu ke Dedi Mulyadi
Saat ini, lanjut dia, membersihkan pantai hanya dilakukan oleh orang yang punya kesadaran saja.
Dedi mencontohkan, di Nusa Tenggara Barat (NTB), ada orang asing yang tiap hari mungut sampah.
"Nah ini harus dibuat kebijakan itu. Tanpa kebijakan itu dibuat, kita tunggu bicara kesadaran warga, kita nunggu persoalan penindakan, ya lama. Keburu sampahnya menumpuk," katanya.
Kalau ada sampah menumpuk di pantai, lanjut Dedi, itu berarti ada pembiaran yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
"Kapan sih dibersihkan, ya kalau viral. Itu aja. Jadi kesadaran kita ini adalah kesadaran viral. Kalau sampah viral baru ribut," ucapnya.
Baca juga: Pemkab Purwakarta Diminta Gratiskan Taman Air Mancur Sri Baduga, Dedi Mulyadi: Tetap Untung Kok
Diminta tanggapan ihwal kebersihan Pantai Pangandaran, Dedi mengatakan, pantai ini tidak terlalu kotor.
"Pangandaran bersih karena di sini ada Nyi Ratunya. Jadi orang takut," kata Dedi sembari tertawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.