"Enggak kehitung berapa jumlahnya, sering banget yang celaka di sini. Kebanyakan orang luar daerah karena enggak tahu medan jalan," sebutnya.
Jauh sebelum terkenal dengan Tanjakan SpongeBobnya, jalan ini merupakan jalan setapak yang hanya memiliki lebar 2 meter.
Kontur jalannya pun tak beraturan, rusak, dan penuh bebatuan.
Di kanan kirinya terdapat lahan perkebunan sayur dan di ujung jalan terdapat sebuah pemakaman umum dan kawasan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau).
"Dulu jalan ini adalah jalan setapak. Biasanya hanya dilewati oleh pejalan kaki. Jalan ini dulunya diperuntukkan sebagai jalan menuju pemakaman serta jalan alternatif menuju kantor desa," ujar Abah Engkos (70), warga setempat saat ditemui Kompas.com di lokasi.
Engkos sudah tinggal di sekitar Tanjakan SpongeBob sejak tahun 1960 dan menyaksikan perubahan jalan itu dari masa ke masa.
Semakin bertambah tahun, jalan setapak itu kemudian ramai pengendara dijadikan jalan alternatif.
Sehingga Kepala Desa Pagerwangi pada masa itu melakukan pembenahan dengan cara menambah lebar jalan dan mengaspalnya.
"Setelah dilebarkan dan diaspal, jalan ini jadi semakin ramai dilalui kendaraan roda empat, bahkan sekarang jadi alternatif kalau jalan raya macet," tutur Engkos.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.