Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Hektar Lahan Permukiman di Bandung Barat Retak, Berpotensi Longsor Saat Hujan

Kompas.com - 06/03/2024, 12:57 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan lahan di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat sudah pada kondisi sangat labil.

Pergerakan tanah yang terjadi kini membentuk rekahan melingkar menyerupai tapal kuda, di mana bangunan SDN 1 Babakan Talang merupakan mahkota, permukiman tubuh, dam area persawahan bagian kaki dari pergerakan tanah.

Rekahan akibat pergerakannya melingkar mengitari permukiman warga sampai menghancurkan bangunan sekolah dan puluhan rumah serta memutus akses lalu lintas masyarakat.

"Tanah yang bergerak sekitar 1,5 hektar, cuma ini bentuknya sudah tapal kuda sekali, jadi sudah siap untuk meluncur kalau ada hujan deras atau gempa bumi," ungkap Kepala Sub Koordinator Gerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Badan Geologi ESDM Sumaryono di Bandung Barat, (Rabu 6/4/2024).

Baca juga: Daerah Terdampak Tanah Bergerak di Bandung Barat Dilarang Kembali Ditinggali

Tanah tersebut masih sangat mungkin bergerak terlebih jika ada air hujan dengan intensitas tinggi masuk ke lapisan tanah.

Hingga saat ini, retakan tanah di kampung tersebut sudah memanjang kurang lebih 200 meter.

"Potensi pergerakan tanah masih ada tergantung input airnya. Untuk panjang retakan ini masih dalam proses pengukuran, kurang lebih panjangnya 100 sampai 200 meter," kata Sumaryono.

Masyarakat diminta mewaspadai adanya pergerakan susulan yang bisa saja menggerus 20 meter dari area tapal kuda pergerakan tanah.

Untuk itu selain masyarakat yang tinggal di tengah area tapal kuda, permukiman di samping tapal kuda dengan radius 20 meter juga diminta untuk mengungsi.

"Untuk radius sendiri itu di kisaran 15 sampai 20 meter dari batas pergerakan tanah. Kita lihat di lokasi dengan radius 20 meter masih ada rumah yang rusak. Jadi 1 hektare area tapal kuda ditambah radius 20 meter," ujarnya.

Baca juga: Badan Geologi: Pergerakan Tanah di Bandung Barat Tipe Lambat

Sumaryono menjelaskan, pergerakan tanah ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Tingkat kemiringan lahan, lapisan batuan, curah hujan yang tinggi, dan saluran pengairan.

Dalam lapisan bawah tanah kampung ditemukan adanya batuan lanau yang berselingan dengan batuan pasir.

Batuan lanau tersebut memiliki sedimen batuan lempung dengan sifat licin jika terkena air.

Selain itu tingkat kemiringannya juga mempengaruhi kecepatan gelincir lapisan tanah di atasnya.

Baca juga: Pergerakan Tanah di Bandung Barat Meluas, Warga Mengungsi

Tingkat kemiringan dan lapisan batuan yang relatif licin ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi menerjang wilayah tersebut.

"Dari survey yang kami lakukan, ada erosi tanah di sungai Cidadap yang lumayan deras, artinya tahanan lereng juga secara tidak langsung akan erosi terus," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wisata Sejarah Pendopo Kota Bandung: Syarat, Cara Daftar, dan Jam Buka

Wisata Sejarah Pendopo Kota Bandung: Syarat, Cara Daftar, dan Jam Buka

Bandung
Kecelakaan di Subang, Kru Sempat Perbaiki Bus Beberapa Saat Sebelum Insiden Maut

Kecelakaan di Subang, Kru Sempat Perbaiki Bus Beberapa Saat Sebelum Insiden Maut

Bandung
Polisi Sebut Tidak Ada Jejak Rem dalam Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Polisi Sebut Tidak Ada Jejak Rem dalam Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Detik-detik Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Penumpang Teriak 'Allahu Akbar'

Detik-detik Kecelakaan Bus Siswa SMK Lingga Kencana di Subang, Penumpang Teriak "Allahu Akbar"

Bandung
Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Muslim: Saya Tanya Tiga Kali, Aman atau Tidak?

Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Muslim: Saya Tanya Tiga Kali, Aman atau Tidak?

Bandung
Diduga Mabuk, Pria Asal Cileunyi Tewas Tenggelam di Sumur

Diduga Mabuk, Pria Asal Cileunyi Tewas Tenggelam di Sumur

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Sederet Fakta Kecelakaan Maut Bus Rombongan SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang

Sederet Fakta Kecelakaan Maut Bus Rombongan SMK Lingga Kencana di Ciater, Subang

Bandung
Pemkab Subang Siapkan 30 Ambulans untuk Antar-Jemput Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Pemkab Subang Siapkan 30 Ambulans untuk Antar-Jemput Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Bandung
Sopir Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok yang Kecelakaan di Subang Masih Dirawat

Sopir Bus Rombongan SMK Lingga Kencana Depok yang Kecelakaan di Subang Masih Dirawat

Bandung
Identitas 11 Korban Tewas Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Identitas 11 Korban Tewas Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Kesaksian Sopir Bus Maut di Subang, Hilang Kendali Saat Rem Tak Berfungsi

Bandung
Biaya Pengobatan Korban Kecelakaan Bus di Subang Ditanggung Pemerintah

Biaya Pengobatan Korban Kecelakaan Bus di Subang Ditanggung Pemerintah

Bandung
Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang

Bandung
Kecelakaan Bus di Subang, 1 dari 11 Korban Tewas Diserahkan ke Keluarga

Kecelakaan Bus di Subang, 1 dari 11 Korban Tewas Diserahkan ke Keluarga

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com