Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tanjakan Gentong, Jalur Ekstrem yang Kerap Menjadi Titik Kemacetan

Kompas.com - 16/04/2024, 22:22 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Tanjakan Gentong di Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu jalur yang kerap diwaspadai karena menjadi titik kemacetan dan dinilai cukup berbahaya.

Lokasi Tanjakan Gentong berada di Jalur Gentong, tepatnya di ruas Jalan Nasional Tasikmalaya-Bandung, di Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Baca juga: Antrean Kendaraan Arus Balik Terjadi di Gentong Tasikmalaya, Jalur Alternatif Singaparna Difungsikan

Tanjakan Gentong berada di arah Tasikmalaya menuju Bandung, sementara Turunan Gentong berada di arah sebaliknya.

Jalur ini akan sangat padat, terutama ketika musim liburan serta pada arus mudik dan balik Lebaran.

Baca juga: 4 Tempat Makan di Sekitar Lingkar Gentong Tasikmalaya untuk Pemudik

Tanjakan Gentong Dijuluki Jalur Tengkorak

Dilansir dari jabar.tribunnews.com, kontur jalan berbukit dengan tanjakan yang cukup tajam dan berkelok-kelok membuat Tanjakan Gentong juga disebut sebagai jalur tengkorak.

Baca juga: Polda Jabar Siagakan Tim Ganjel di Tanjakan Gentong

Beberapa kendaraan kerap mogok di jalur tanjakan yang cukup tajam, baik karena kendala mesin maupun faktor sopir yang kurang menguasai medan.

Sementara kendaraan besar yang membawa muatan biasanya akan berjalan sangat pelan, sehingga menghambat laju kendaraan di belakangnya.

Antrean kendaraan juga kerap terjadi di sejumlah tanjakan ekstrem, karena beberapa kendaraan memberi kesempatan kendaraan besar di depannya menjajal tanjakan.

Tidak jarang, kendaraan besar yang gagal menanjak dan mengalami rem blong juga menjadi faktor di lokasi ini sering terjadi kecelakaan.

Kecelakaan yang terjadi di kawasan Gentong yang berkelok-kelok ini umumnya terjadi akibat faktor alam atau human error, baik karena kontur jalan yang naik turun dan juga rawan longsor.

Keberadaan Petugas Ganjal di Tanjakan Gentong

Pengendara yang melewati Tanjakan Gentong akan menemukan beberapa warga yang akan dengan sigap membantu kendaraan yang kesulitan ketika melewati tanjakan.

Mereka kerap disebut petugas ganjal atau Tim Ganjel Gentong karena tugasnya membantu mengganjal ban kendaraan roda empat agar tidak meluncur mundur ketika menanjak.

Para petugas ganjal atau Tim Ganjel Gentong ini tersebar di semua titik tanjakan yang ada di kawasan Gentong.

Secara tidak langsung, keberadaan petugas ganjal yang menjadi mitra Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tasikmalaya Kota juga membantu kelancaran lalu lintas di tempat tersebut.

Para petugas pengganjal ban di Tanjakan Gentong ini bertugas membantu kendaraan yang mogok atau tidak kuat menanjak tentunya dengan berharap imbalan dari sang sopir.

Mereka biasanya muncul di sekitar kawasan Gentong ketika lalu lintas mulai ramai atau hanya sebagai pekerjaan musiman.

Lokasi Tanjakan Gentong Atas Kabupaten Tasikmalaya sebagai jalur tengkorak rawan kemacetan dan kecelakaan kendaraan karena tikungan dan tanjakan serta turunan tajam pada Sabtu (6/4/2023).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Lokasi Tanjakan Gentong Atas Kabupaten Tasikmalaya sebagai jalur tengkorak rawan kemacetan dan kecelakaan kendaraan karena tikungan dan tanjakan serta turunan tajam pada Sabtu (6/4/2023).

Namun seiring dengan kemajuan teknologi otomotif, kesiapan sopir, dan kondisi jalan yang semakin membaik, keberadaan petugas pengganjal ban di Tanjakan Gentong juga berangsur memudar.

"Saat arus tersendat-sendat di tanjakan, jarang yang minta diganjal. Mobilnya bagus-bagus dan sopirnya pun tangkas," kata Alif (17), salah seorang petugas ganjal, saat ditemui Tribun Jabar di kawasan Tanjakan Gentong, Selasa (25/4/2023) malam.

Alif juga mengungkap bahwa jumlah petugas ganjal binaan Polres Tasikmalaya Kota ini mencapai 70 orang.

Menjadi petugas ganjal ban juga sangat cukup berisiko karena harus tangkas mengganjal bagian bawah mobil sekaligus tetap waspada dengan adanya mobil-mobil lain yang berseliweran.

"Kami mendapat pembinaan, yang intinya harus menjaga sikap dan jangan sampai mengganggu kenyamanan pengendara," ujar Alif.

Pembangunan Lingkar Gentong dan Penambahan Lajur

Sebagai solusi dari permasalahan di kawasan Gentong, beberapa upaya telah dilaksanakan.

Salah satunya dengan melakukan membangun Jalan Lingkar Gentong sebagai cara mengatasi tanjakan curam dan kelokan tajam di daerah Tanjakan Gentong.

Jalan Lingkar Gentong ini berada sekitar 56 meter dari posisi jalan lama yang sudah ada sebelumnya tentunya dengan kontur jalan yang lebih landai.

Posisi jalan lingkar sepanjang 1,2 kilometer ini berdampingan dengan jalan lama dan menjadi jalan utama arteri selatan.

Pengerjaan Jalan Lingkar Gentong dilakukan dengan memapas bukit yang berada di sisi jalan.

Sebagian ruas jalan lingkar ini juga memotong kelokan tajam yang ada di jalan lama Tanjakan Gentong.

Jalan Lingkar Gentong ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan pada 2013.

Selain itu, pemerintah juga melakukan pelebaran jalan untuk menambah lajur kendaraan di Tanjakan Gentong atas menjadi empat lajur pada tahun 2021.

Penambahan lajur ini dilakukan untuk memberikan keleluasaan kendaraan yang menanjak saat menyalip kendaraan berat yang biasanya berjalan pelan.

Sumber:
jabar.tribunnews.com/2020 
jabar.tribunnews.com/2021 
jabar.tribunnews.com/2022 
jabar.tribunnews.com/2023 
antaranews.com
regional.kompas.com (Agie Permadi, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aksi 3 Siswi SMA Rampok Rumah di Bogor, Gasak Uang Rp 13,8 Juta

Aksi 3 Siswi SMA Rampok Rumah di Bogor, Gasak Uang Rp 13,8 Juta

Bandung
Polda Jabar Bantah Pelaku Kasus Vina Cirebon adalah Anak Polisi

Polda Jabar Bantah Pelaku Kasus Vina Cirebon adalah Anak Polisi

Bandung
Sopir Bus Putera Fajar Jadi Tersangka Kasus Kecelakaan di Subang, Siapa Lagi yang Harus Bertanggung Jawab?

Sopir Bus Putera Fajar Jadi Tersangka Kasus Kecelakaan di Subang, Siapa Lagi yang Harus Bertanggung Jawab?

Bandung
Keluarga Vina Menanti Polisi Segera Tangkap 3 Pembunuh yang Masih Buron

Keluarga Vina Menanti Polisi Segera Tangkap 3 Pembunuh yang Masih Buron

Bandung
Longsor di Bandung Barat, Bey Tunggu Status Tanggap Darurat dari Bupati

Longsor di Bandung Barat, Bey Tunggu Status Tanggap Darurat dari Bupati

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Komplotan Penyelewengan Elpiji Subsidi Ditangkap, Keuntungan Rp 592 Juta

Komplotan Penyelewengan Elpiji Subsidi Ditangkap, Keuntungan Rp 592 Juta

Bandung
Peminat UTBK ITB 2024 Turun Dibanding Tahun Lalu

Peminat UTBK ITB 2024 Turun Dibanding Tahun Lalu

Bandung
Menengok 3 Lokasi Pembunuhan Vina Usai 8 Tahun Berlalu

Menengok 3 Lokasi Pembunuhan Vina Usai 8 Tahun Berlalu

Bandung
Pemkot Bandung Terapkan Teknologi Pengelolaan Sampah RDF di 4 TPST

Pemkot Bandung Terapkan Teknologi Pengelolaan Sampah RDF di 4 TPST

Bandung
Minta Dibunuh, Pria Bunuh Ibu Kandung di Sukabumi Sempat Sodorkan Uang Rp 300.000 ke Warga

Minta Dibunuh, Pria Bunuh Ibu Kandung di Sukabumi Sempat Sodorkan Uang Rp 300.000 ke Warga

Bandung
Pemkot Bandung Terapkan Jumat Bebas Kendaraan Bermotor Mulai 17 Mei

Pemkot Bandung Terapkan Jumat Bebas Kendaraan Bermotor Mulai 17 Mei

Bandung
Perampokan Rumah di Bogor Terekam CCTV, 3 Perempuan Ditangkap

Perampokan Rumah di Bogor Terekam CCTV, 3 Perempuan Ditangkap

Bandung
Tidak Dibelikan Motor, Pria Diduga ODGJ Bunuh Ibu Kandung di Sukabumi

Tidak Dibelikan Motor, Pria Diduga ODGJ Bunuh Ibu Kandung di Sukabumi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 15 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com