RANGKAS BITUNG, KOMPAS.com - Omzet batik chanting khas Kabupaten Lebak, Banten kembali normal hingga mencapai angka Rp 250 juta per bulan.
Kondisi ini terjadi karena permintaan pasar cenderung meningkat, dibandingkan masa pandemi Covid 19 yang menghantam berbagai bidang.
"Sejak dua tahun terakhir, omzet penjualan relatif stabil mencapai Rp 250 juta per bulan," kata Apri (35) salah seorang pelaku batik chanting merek Pradana di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Jumat kemarin (10/5/2024).
Permintaan produk batik khas Lebak itu kebanyakan datang dari para Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara (PNS/ASN) di lingkungan Sekretariat Pemkab Lebak.
Baca juga: Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis
Sebab, batik chanting khas Lebak juga memproduksi motif dan warna batik Badui.
"Kami pekan lalu mendapatkan pesanan dari dua Bank terkemuka milik BUMN," kata Apri.
Menurut dia, permintaan batik sejak dua tahun terakhir ini relatif baik, dan banyak pesanan dari sekolah-sekolah, instansi pemerintah daerah, BUMD, BUMN, pemilik butik juga desainer busana, hingga masyarakat umum.
Sejauh ini, produksi batik chanting khas Lebak sudah memiliki 20 motif dari sebelumnya 12 motif.
Bertambahnya motif dan warna batik itu menunjukkan permintaan pasar cenderung meningkat, karena khas batik chanting Lebak itu menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam.
Maka, batik chanting didominasi gambar lukisan alam, seperti huma serta juga rumah pangan atau leuit, dan potensi alam hasil perkebunan dan perikanan.
Dari 20 motif itu ada motif Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, dan Lebak Bertauhid.
Baca juga: Lewat Photoshoot, Cara Helwa Branding Batik jadi Tak Kuno
Juga ada motif Angklung Buhun, Kalimaya, Sadulur, Kopi, Layur, Cengkeh, Gipang, Durian, Manggis dan lainnya.
Ada pun harga batik chanting ukuran panjang dua meter dan lebar 120 sentimeter mulai Rp 125.000 per kain dengan bahan baku katun, bahan baku sutera Rp 700.000 per kain dan tenun Rp 750.000 per kain.
"Kami terus berinovasi dengan menambah motif dan warna sebagai khas batik chanting dari Lebak," kata Apri.
Pengakuan senada diungkapkan pelaku usaha batik chanting khas Lebak lainnya, Dedi.
Dia mengatakan, permintaan konsumen kembali meningkat sehingga bisa menghasilkan omzet pendapatan sekitar Rp 200 - 250 juta per bulan.
"Kami sekarang kewalahan menerima pesanan konsumen dibandingkan empat tahun lalu dilanda Covid-19 tidak menghasilkan omzet pendapatan," kata Dedi.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Imam Suangsa mengatakan, pemerintah daerah mengapresiasi para pelaku usaha batik lokal tumbuh dan berkembang.
Baca juga: Ekspor Batik 17,5 Juta Dolar AS, UMKM Perlu Ekosistem Pasar Digital
Saat ini, ada puluhan unit usaha dengan tenaga kerja sekitar 700 orang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat juga bisa mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Pemerintah daerah juga membantu pelaku usaha batik lokal dengan mempromosikan produk ini dalam kegiatan pameran juga pelatihan pembatik.
"Kami belum lama ini melakukan kegiatan pelatihan para perajin batik dengan instruktur dari pembatik Yogyakarta agar produknya bisa bersaing pasar," kata Imam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.