Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Kerangka Ibu dan Anak Bukti Lemahnya Ikatan Sosial di Masyarakat

Kompas.com, 6 Agustus 2024, 17:49 WIB
Bagus Puji Panuntun,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Temuan kerangka Iguh Indah Hayati (55) dan anaknya, Elia Imanuel Putra (24) di rumah mereka di Bandung Barat, Jawa Barat, membuktikan lemahnya ikatan sosial di masyatakat.

Ibu dan anak itu ditemukan sudah menjadi tulang belulang setelah bertahun-tahun meninggal dunia di dalam rumah mereka di Kompleks Tanimulya Indah, RT 10 RW 15, Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Bandung Barat.

Baca juga: Kasus Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat, Mengapa Tak Tercium Bau dan Kapan Waktu Kematiannya?

Tetangga beranggapan penghuni keduanya sudah tak lagi tinggal di rumah tersebut.

Baca juga: Soal Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat, Ada Tulisan Rumah Dijual, Tetangga Mengira Pindah

Mereka bahkan menyangka bahwa Indah dan Imanuel sudah pindah ke daerah lain.

“Kasus tersebut menggambarkan lemahnya solidaritas atau ikatan sosial pada masyarakat kita,” ujar Sosiolog Universitas Padjajaran (Unpad), Ari Ganjar, saat dihubungi, Selasa (6/8/2024).

Coretan pesan di dinding yang ditinggallkan keduanya, juga mengindikasikan bahwa keduanya tidak memiliki atau tidak bisa memanfaatkan relasi sosial yang ada untuk meringankan masalah yang dihadapi.

Adapun catatan dinding itu bernada kekecewaan terhadap suami Indah, Mudjoyo Tjandra, yang dinilai meninggalkan mereka berdua tanpa nafkah dan memilih tinggal bersama istri barunya.

“Permasalahan keluarga seperti perceraian memang merupakan suatu fenomena yang lazim terjadi pada masyarakat perkotaan dan/atau pada masyarakat yang mengalami problem ekonomi,” kata Ari.

“Akan tetapi, berbagai permasalahan tersebut mungkin tidak akan sampai menyebabkan tragedi seperti yang dialami oleh ibu dan anak tersebut, apabila keluarga, kerabat, dan komunitas tetangga memiliki solidaritas atau ikatan sosial yang baik dengan para korban,” imbuhnya.

Menjadi "Tugu" pengingat menguatkan solidaritas

Lemahnya ikatan sosial ini menjadi pekerjaan bersama untuk membangun budaya kolektif khususnya masyarakat perkotaan yang semakin individualis.

Namun, budaya individualis itu tidak terbentuk begitu saja. Ada sistem sosial yang berjalan bertahun-tahun yang membentuk masyarakat perkotaan lebih memilih hidup tertutup dan sendiri-sendiri.

“Kualitas ikatan sosial ini dibentuk oleh banyak faktor, seperti kesibukan pekerjaan, kesenjangan ekonomi, mobilitas penduduk, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah tidak akan mampu memulihkan ikatan sosial atau soildaritas sosial secara langsung,” ujar Ari.

Pemerintah bisa mendorong sistem sosial yang menjunjung tinggi kepedulian dengan memudahkan akses terhadap pelayanan dasar masyarakat, seperti pendidikan gratis, pengobatan gratis, dan pelayanan pokok masyarakat lainnya.

Dengan demikian, masyarakat bisa mengurus ekonomi mereka tanpa repot memikirkan hal-hal dasar seperti kesehatan maupun pendidikan.

“Pemerintah juga bisa mendorong pola pemukiman yang inklusif, ruang terbuka, dengan komunitas yang aktif. Pemerintah juga harus bisa mewujudkan pendidikan gratis. Itu beberapa hal yang bisa dilakukan,” sebutnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau