Alhasil, prioritas kendaraan yang turun atau one way (satu arah) ke bawah terhalang sehingga tidak ada ruang alias sesak.
Kendaraan yang one way ke bawah bertemu dengan pemotor dari bawah menuju ke atas Puncak. Selain itu, ada pula bus pariwisata yang mogok saat hendak menuju ke atas. Kemacetan pun tak terelakkan.
"One way ke bawah ini terhalang motor yang melambung. Jadi kita stuck di sana, nggak bisa bergerak dan sudah nggak boleh turun. Nah, kita akhirnya baru bergerak dari jalan kecil ke Jalan besar itu jam 12 tengah malam. Itu masih macet parah," ujarnya.
"Nggak bergerak sama sekali. Setengah 1 dini hari baru bisa bergerak, padat merayap. Kendaraan udah bisa melaju pelan-pelan," imbuhnya.
Karena kemacetan itu pula, Zainal dan keluarganya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam mobil ketimbang wisata di vila.
Zainal dan keluarganya baru kali ini merasakan kemacetan parah di Puncak Bogor. Ia sempat ditawari untuk lewat jalur alternatif. Namun, situasi arus lalu lintas juga macet parah.
Kemacetan libur panjang kali ini di luar prediksi. Ia bahkan tak sempat mempersiapkan diri menghadapi kemacetan di Puncak Bogor.
Dia menuturkan, biasanya perjalanan dari Puncak Bogor ke Jakarta dapat ditempuh dalam 1 jam lebih. Tetapi kali ini, justru sampai 17 jam lamanya.
"Dampaknya, pertama bahan bakar. Karena kita beberapa kali sempet lumayan lama nyalain mobil, sekitaran 1 jam setengah itu dinyalain karena bawa anak kecil, kan, bawa orangtua. Terus kepanasan. Risiko kalau gak nyalain mesin terus buka kaca, emisi kendaraan lain masuk ke dalam mobil. Kan kita juga takut karena banyak anak kecil. Akhirnya ya dinyalain mobil AC. biar udaranya ada karena mobil tidak bergerak sama sekali," ungkapnya.
"Saran saya sih jangan ke Puncak lagi. Terus untuk masukan ke polisi, mungkin bisa diperketat jam one way naik dan turunnya dan bisa memindahkan kendaraan motor. Polisi juga harusnya bisa berjaga di beberapa titik jalur alternatif," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang