Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuang Hidup dalam Bayang-bayang Transportasi Online...

Kompas.com, 1 Oktober 2024, 14:25 WIB
Faqih Rohman Syafei,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Para sopir angkot di Kota Bandung, Jawa Barat, menghadapi berbagai tantangan setelah merebaknya angkutan online.

Hal tersebut juga berdampak pada menurunnya pendapatan mereka hingga lebih dari setengahny.

Selain itu, para sopir angkot ini juga kerap dituduh oleh masyarakat sebagai biang kerok penyebab kemacetan di Kota Bandung karena perilakunya yang sering menurunkan penumpang seenaknya.

Baca juga: Cagub Jabar Ahmad Syaikhu Siapkan Program Kredit Mikro untuk Sopir Angkot

Budi Setiana (48), sopir angkot trayek Cijerah-Pasar Sederhana, mengatakan, semakin banyaknya angkutan online di Kota Bandung, sangat memengaruhi penghasilan dia dan para sopir angkot lainnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Puncaki Survei Pilkada Jabar 2024, Unggul 54,1 Persen dari Ahmad Syaikhu

Dulu di masa jaya, sopir angkot bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp100.000 per hari setelah dipotong bensin dan setoran ke pemilik angkot.

Namun, saat ini, untuk membawa pulang uang Rp 30.000 saja mereka harus mati-matian.

"Sekarang Rp 20.000-Rp 30.000, itu pun tak tentu. Terus harus setor Rp 70.000-Rp 90.000 ke pemilik, kadang itu juga enggak ke bayar. Untuk makan saja susah," kata Budi kepada Kompas.com usai bertemu dengan calon gubernur Jawa Barat nomor urut 3 Ahmad Syaikhu di di Aula IPHI Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, Jalan Purwakarta, Kota Bandung, Selasa (1/10/2024).

Dia meminta kepada pemerintah dan juga calon pemimpin Jabar agar membuat regulasi soal angkutan online.

Dia merasakan saat ini angkutan online leluasa mengambil penumpang

Apalagi sesama kendaraan yang mengangkut penumpang, semestinya pelat kendaraan angkutan online diubah menjadi kuning.

"Jangan sampai tumpang tindih. Utamanya kami pengemudi angkot selalu disalahkan, padahal online yang banyak berhenti di tengah jalan, tapi kita selalu yang selalu disalahkan," ucap Budi.

Budi yang sudah 20 tahun tahun menjadi sopir angkot ini juga mengeluhkan kesulitan mengurus pajak dan uji KIR.

Ia juga bicara soal biaya peremajaan angkot yang memakan biaya yang cukup besar. Apalagi di tengah sulitnya mendapatkan penghasilan.

"Untuk remajakan angkot sampai Rp 4 juta, kami enggak sanggup," kata dia.

Rahmat Hidayat (47) sopir angkot jurusan Elang-Pagarsih, Kota Bandung usai bertemu dengan calon gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu di di Aula IPHI Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, Jalan Purwakarta, Kota Bandung, Selasa (1/10/2024).Kompas.com/Faqih Rohman Syafei Rahmat Hidayat (47) sopir angkot jurusan Elang-Pagarsih, Kota Bandung usai bertemu dengan calon gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu di di Aula IPHI Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, Jalan Purwakarta, Kota Bandung, Selasa (1/10/2024).
Nasib serupa juga dirasakan Rahmat Hidayat (47), sopir angkot jurusan Elang-Pagarsih yang sudah menjalani profesinya selama 25 tahun.

Ia mengaku tak sanggup untuk memperbaiki angkotnya karena sulitnya mendapatkan penumpang lantaran kalah dengan angkutan online.

Rahmat berharap, gubernur Jawa Barat selanjutnya bisa menyejahterahkan sopir angkot yang kini terhimpit oleh angkutan online.

"Pengen sejahtera, batasi online terlalu banyak," kata dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau