"Tidurnya berdiri atau jongkok, saya bertiga di bawah yang lain di atas," katanya.
Kemudian pada Senin sekitar pukul 05.00 WIB, Yaya dan rombongan kembali berjalan kaki mencari jalan keluar dari hutan.
Saat itu, diputuskan untuk mengikuti aliran air karena diyakini pasti akan sampai ke perkampungan.
"Saya sampai jalan di sungai sedalam ini," katanya sambil menunjukan batas dadanya hingga celana dan bajunya basah.
Terus turun mengikuti aliran air, salah satu anggota rombongan sempat terjatuh dari ketinggian 10 meter di hutan karena medan yang ditempuh cukup berat dan tidak pernah dilalui. Untungnya, rekannya tidak sampai terluka.
Rombongan kemudian memutuskan untuk kembali bermalam di hutan karena tidak juga bertemu perkampungan.
Namun, sekitar pukul 18.00 WIB, saat tengah berjalan di sungai kecil di dasar lembah, Yaya mendengar suara orang memanggil-manggil.
"Saya dengar suara orang manggil, lalu kita naik ke atas. Sempat tidak ketemu, tapi kita terus panggil-panggil lagi sampai akhirnya ketemu tim pencari," katanya.
Yaya dan dua temannya ditemukan tim pencari dan dievakuasi lebih awal.
Sementara, empat orang lainnya masih menunggu evakuasi karena satu orang di antaranya sudah lemas hingga perlu ditandu.
"Satu orang sudah lemas, mungkin dehidrasi jadi perlu ditandu, makanya evakuasinya belakangan," katanya.
Sebelum ditemukan, sebenarnya Yaya dan teman-temannya sudah siap jika harus kembali bermalam di hutan dan akan terus melanjutkan perjalanan mencari perkampungan esok harinya.
"Tadinya kita merasa sepertinya harus tidur lagi di hutan. Kita sudah siap, alhamdulillah, ternyata bisa ketemu tim pencari," katanya.
Yaya mengaku sangat bersyukur bisa selamat dan berterimavkasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pencarian dirinya dan rombongan.
Yaya mengaku kapok ke gunung setelah hilang tersesat.
Namun, alasannya bukan karena takut atau trauma, tapi karena telah membuat banyak orang repot mencarinya.
"Kapok karena bikin repot banyak orang. Dua anak saya yang kerja di Jakarta sampai harus nggak kerja dan pulang ke Garut," ujar Yaya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang