CIREBON, KOMPAS.com - Banjir bandang yang terjadi sepanjang Jumat malam hingga Sabtu dini hari (17-18/1/2025) melanda delapan desa yang tersebar di lima kecamatan.
Ada sekitar 2.430 warga dan 1.000 santri yang terdampak.
Sejumlah petugas gabungan dari beberapa pihak digerakkan untuk membantu proses pembersihan material banjir.
Pemda Cirebon meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk menormalisasi sungai.
Pantauan Kompas.com di lokasi, salah satu dampak terbesar banjir bandang pada Jumat malam adalah Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Desa Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
Baca juga: Cerita Dodi Jaga 3 Anak dan Istri di Kasur Saat Banjir Terjang Cirebon
Air merendam sebagian besar area pondok pesantren, masjid, ruang belajar, ruang guru, hingga kamar istirahat santri.
Ruang kerja multimedia yang berisi beberapa komputer dan laptop juga tampak sangat kotor, dipenuhi lumpur.
Video derasnya banjir yang masuk ke dalam pondok pesantren pun viral di media sosial.
Sejumlah pihak langsung mendatangi lokasi untuk memastikan kondisi ribuan santri yang belajar di lokasi.
Penjabat Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, menyebut, berdasarkan pantauan dan pendataan di lapangan, banjir melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon dengan sangat cepat.
Banjir ini disebabkan meluapnya sejumlah sungai karena tidak menampung debit air yang sangat deras dari bagian hulu, yakni Kabupaten Kuningan.
Ada sebanyak 8 desa yang tersebar di lima kecamatan, dengan total 2.430 jiwa yang terdampak.
Jumlah ini pun masih berjalan karena sebagian wilayah masih terendam banjir.
"Beberapa titik yang terdampak banjir ada 5 kecamatan di 8 desa, kemudian dari sisi jumlah jiwa, ada sebanyak 2.430 terdampak. Di beberapa titik sudah mulai surut," kata Wahyu saat ditemui Kompas.com saat mengunjungi Ponpes Al-Khairiyah.
Bupati telah menerjunkan sejumlah petugas yang berkoordinasi dengan pihak lain untuk mengevakuasi sejumlah korban yang terjebak.