Sepanjang malam, ada 90 jiwa yang mendapatkan pertolongan petugas di tempat pengungsian.
Di pagi harinya, petugas gabungan membantu proses pembersihan material banjir yang memenuhi akses jalan utama hingga masuk ke dalam rumah warga.
Bupati menyebut, sejumlah infrastruktur mengalami kerusakan.
Beberapa di antaranya adalah gerbang pagar pondok pesantren yang ambruk, tembok penahan tebing (TPT) di sejumlah pinggiran sungai ambrol, jembatan juga tergerus, dan beberapa rumah di pinggiran sungai rusak.
Bupati berjanji meminta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk menormalisasi sungai agar tidak terjadi lagi banjir serupa.
Proses perbaikan ditargetkan dimulai tahun ini.
"Kita akan segera komunikasi dengan BBWS, terlebih ini sudah mulai musim hujan. Kita akan segera turunkan alat berat. Secepatnya kita bersama BBWS kerjakan normalisasi tahun ini," kata Wahyu.
Ruang multimedia tempat menyimpan laptop, komputer, dan sejumlah alat kegiatan belajar juga terendam banjir.
Sejumlah ruang atau kamar istirahat santri juga tergenang banjir.
Mereka diungsikan ke tempat yang lebih tinggi di lantai dua dan tiga agar tetap terjaga.
"Kami tidak pernah membayangkan musibah ini, karena sampai jam 20.00 hujan sangat kecil, tiba-tiba air datang, menghantam pagar, roboh 3 gerbang, masuk ke masjid, kantor, 6 rumah dinas guru, diterjang banjir. Kami tetap bersyukur, kami yakin ini ungkapan rasa cinta kepada keluarga pondok pesantren," kata Habib Miqdad saat ditanya Kompas.com, Sabtu (18/1/2025) siang.
Baca juga: Evakuasi Banjir Cirebon Dramatis, Warga Temukan Anaknya di Pengungsian
Banjir ini juga berdampak pada aktivitas belajar mengajar di pondok pesantren.
Sebanyak 1.000 santri, 500 santri putri dan 500 santri putra, tidak belajar sementara waktu selama proses pemulihan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang